Transportasi Inggris Lumpuh, Pegawai Kereta Api Mogok Kerja

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Transportasi di Inggris terancam lumpuh. Mulai Selasa 20 Juni 2022, akan terjadi pemogokan puluhan ribu pegawai kereta api terbesar dalam 30 tahun. Aksi mogok ini terjadi karena adanya perselisihan gaji.

Serikat pekerja memperingatkan aksi mogok kerja ini bisa melebar ke industri lain karena meningkatnya biaya hidup akibat krisis.

Resesi ekonomi terjadi di rumah tangga keluarga di Inggris. Mereka  sudah mengalami tekanan ekonomi terbesar dalam beberapa dekade, dengan melonjaknya harga makanan dan bahan bakar membawa inflasi ke angka dua digit. Sementara upah dasar rata-rata tidak lebih tinggi dari pada tahun 2006 ketika terjadi inflasi.

Lebih dari 50.000 pekerja kereta api akan mogok pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu karena pembekuan gaji dan pemutusan hubungan kerja. Kabarnya aksi mogok ini akan mendapat dukungan dari guru, petugas medis dan pengacara.

”Setiap pekerja di Inggris layak mendapatkan kenaikan gaji yang mencerminkan krisis biaya hidup,” kata Pekerja Kereta Api, Maritim dan Transportasi (RMT). ”

Ekonomi Inggris awalnya pulih setelah pandemi Covid-19. Namun kombinasi dari kekurangan tenaga kerja, gangguan rantai pasokan, inflasi, dan masalah perdagangan pasca-Brexit telah memicu resesi.

Pemerintah mengatakan akan memberikan dukungan ekstra kepada jutaan rumah tangga yang masuk kategori miskin. Namun pemerintah tetap menolak setiap langkah ke kenaikan gaji karena akan merusak fundamental ekonomi.

“Inflasi menghancurkan tabungan,” kata menteri muda keuangan Simon Clarke. ”Itu menghancurkan pertumbuhan. Itu merusak ekonomi mana pun yang mendapat cengkeraman endemik. Kita harus menunjukkan tanggung jawab masyarakat secara kolektif.”

Aksi mogok di kalangan industri ini pernah terjadi pada tahun 1970-an, ketika Inggris menghadapi pemogokan buruh besar-besaran yang menyebabkan ekonomi Inggris terpuruk.

Pada Sabtu 25 Juni 2022 rencananya ribuan orang akan menggelar aksi demonstrasi di pusat kota London.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini