Kubu 01 dan 03 bakal Melunak saat Hakim MK Putuskan Hasil Sengketa Pilpres?, Pakar Politik Bilang Begini

Baca Juga

Mata Indonesia, Yogyakarta – Hasil sidang sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 bakal segera diumumkan pada 22 April 2024 mendatang. Melihat geliat dua kubu pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang masih tetap mengawal, pakar politik di UGM berpendapat ada salah satu kubu yang justru melunak setelah hasil tersebut diumumkan.

Arga Pribadi Imawan pakar politik yang tergabung di DPP Fisipol UGM menilai bahwa potensi masing-masing kubu melunak bisa terjadi. Namun ia menggarisbawahi perbedaan antara kubu 03 yang diusung PDIP serta kubu 01 yang berangkat dari Koalisi Perubahan.

“Kalau diperhitungkan kubu 03 melunak ya dibandingkan dengen kubu 01, karena kita sudah melihat bagaimana indikasi-indikasi terkait mungkin indikasi untuk merapat ke barisan Prabowo itu juga semakin kuat. Walaupun pada kenyatannya di kubu 03 misalnya Bu Megawati menuliskan opini tentang kewarganegaraan, kekeluargaan termasuk pengiriman surat ke MK itu sebetulnya sudah menunjukkan indikasi kuat,” jelas Arga dihubungi Jumat 19 April 2024.

Meski begitu, lunaknya PDIP di bawah Megawati memiliki peran untuk mempertahankan demokrasi. Berbeda dengan kubu 01 yang mengusung Anies-Muhaimin, mereka dianggap akan tetap keras dengan gugatan yang mereka layangkan meskipun Hakim MK memberikan hasil yang tak sesuai harapan.

Arga menjelaskan bahwa lunaknya pasangan kubu 01 dan 03 juga berkaitan dengan partai politik (parpol) yang ikut mengusung. Bagaimanapun parpol akan mengincar posisi yang menguntungkan untuk lima tahun ke depan.

“Jadi mereka tentu mencari keuntungan, misal mereka mendapatkan kursi atau tidak, karena jika mereka mendapatkan kursi di pemerintahan, entah jadi menteri staff khusus atau sebagainya, itu akan mempermudah atau mempermulus di Pemilu 2029,” katanya.

Arga juga menyoroti peran parpol yang seharusnya menjadi penyambung atau ikut mengkritik pemerintah saat ini justru bertindak pragmatis.

Ia menilai dari masyarakat sipil dan juga akademisi yang justru mengingatkan dengan kondisi demokrasi yang rusak akibat pemilu kemarin.

“Saya enggak melihat dari aktor atau elit politik ya. Jadi parpol yang harusnya menjadi mediator menghubungkan masyarakat kepada negara atau pemerintah malah pragmatis dalam situasi seperti ini,” kata dia.

Oposisi Tumpul

Arga memprediksi bahwa oposisi, terutama PDIP yang kalah di Pemilu 2024 ini tidak akan setajam ketika di era kepemimpinan SBY atau Demokrat yang berkuasa selama 2 periode (2004-2009 dan 2009-2014).

“Saya justru merasa ragu dengan sikap PDIP yang akan menjadi oposisi karena jika melihat dari latar belakang PDIP dengan Gerindra dengan Megawati dan Prabowo, bisa dikatakan lebih harmonis dibandingkan dulu Megawati dengan SBY,” ujar dia.

Ditambah lagi, baik Megawati dan Prabowo nyaris tak memiliki masalah atau persoalan pribadi.

“Mereka bakal membangun unsur kenegaraan yang justru jadi visi satu sama lain,” katanya.

Sementara oposisi dari Koalisi Perubahan, dianggap masih memiliki taji sebagai pengawas pemerintahan. Tak terafiliasi dengan dua kubu manapun, tentu PKS di sini bakal menjadi daya tarik dalam bermanuver sebagai oposisi.

Pakar Politik Al Fath Bagus Panuntun juga mengingatkan agar pihak oposisi tak mudah tergiur dengan tawaran pihak yang menang. Seperti PKS yang harusnya tetap konsisten dengan mengkritik kebijakan pemerintah selama 10 tahun belakangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Upaya Presiden Jokowi Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja Melalui Pengesahan UU Cipta Kerja

Oleh: Teguh Ahmad Insani )* Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, yang disahkan pada tahun 2020, merupakan salah satu langkah strategis pemerintahan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini