Kisah Kirab Malam Satu Suro, dari Upaya Syiar Islam Hingga Cegah Indonesia Terpecah

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tradisi malam satu Suro yang akan dilakukan Jumat 29 Juli 2022 usai maghrib memang bermula di zaman Sultan Agung.

Saat itu, Sultan Agung ingin memluaskan ajaran Islam di Tanah Jawa sehingga dia memadukan kalender saka yang diwariskan dari tradisi Hindu dengan kalender Hijriah.

Peringatan pertama sejak Jumat Legi bulan Jumadil Akhir tahun 1555 saka atau 8 Juli 1633 Masehi.

Keraton Yogyakarta dan Surakarta memperingatinya dengan mengarak hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng serta kirab benda pusaka keliling halaman dalam keraton.

Muhammad Solikhin yang menulis buku “Misteri Bulan Suro, Perspektif Islam Jawa,” kirab itu dilakukan setelah matahari terbenam atau maghrib pada hari sebelum tanggal 1 Muharram.

Pada perjalanannya, kirab malam satu suro juga dijadikan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sebagai sarana keraton menolong rakyatnya saat wabah pes menyerang.

Tradisi itu tetap berlanjut meski wabah pes sudah tidak ditemui lagi, tetapi hanya mengeliling bagian tembok bagian dalam keraton atau sekitar Baluwarti Solo setiap malam Jumat.

Namun pada tahun 1974 ketika Pemerintah Indonesia dilanda aksi unjuk rasa besar-besar, Presiden Soeharto meminta bantuan kepada Raja Keraton Surakarta Sinuhun Paku Buwono XII agar ikut meredam “kekacauan” akibat dari peristiwa yang disebut Malari.

Sinuhun pun kemudian menanggapinya dengan menggelar Kirab Pusaka 1 Sura dengan skala yang lebih luas.

Sejarawan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Tundjung W Sutirto pernah mengungkapkan kirab yang semula hanya di halaman dalam keraton berubah ke beberapa tempat di luar keraton.

Menurut Tunjung kirab itu bertujuan persatuan dan kesatuan bangsa saat itu tidak terpecah.

Saat itulah, kebo bule milik keraton yang diberinama Kiai Slamet ikut kirab sebagai cucuk lampah atau pemandu kirab paling depan.

Kirab yang menempuh jarak tujuh kilometer tersebut juga terdapat seluruh pusaka keraton yang ikut dibawa keliling Surakarta.

Meski Malari sudah usai, kirab tersebut masih dilakukan hingga sekarang terutama Jumat malam ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemerintah Siapkan Berbagai Langkah Strategis Hadapi Tantangan dalam Pilkada

Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan salah satu momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Selalu menjadi momen yang ditunggu-tunggu...
- Advertisement -

Baca berita yang ini