MINEWS, JAKARTA -Â Entah apa alasan Presiden Joko Widodo memanggil eks Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo atau akrab disapa SYL ke Istana hari ini, Selasa 22 Oktober 2019.
Benar, SYL sudah pernah dua kali menjabat sebagai Gubernur Sulsel sejak tahun 2008 hingga 2018. Tentu saja pengalaman politiknya tidak diragukan lagi. Tapi, jadi menteri bukan perkara mudah.
Menjabat gubernur dua periode tak menjamin seseorang bisa menancapkan cakar pengaruhnya dalam-dalam ke masyarakat. Terbukti, setelah tak lagi menjabat gubernur, SYL menjadi caleg NasDem, tapi gagal ke Senayan.
Hal ini harusnya jadi pertimbangan Jokowi. Idealnya, SYL yang sudah menjabat 10 tahun sebagai Gubernur Sulsel harusnya melekat pengaruhnya di masyarakat. Tapi, dia tidak terpilih, dan mengindikasikan tak dipercaya oleh masyarakat Sulsel.
SYL maju dari NasDem dan bertarung di Dapil II Sulsel pada Pileg 2019 lalu. Dapil II meliputi Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare.
Dari daftar 9 nama yang marih suara terbanyak di Dapil II Sulsel, seperti yang dirilis KPU, bahkan tidak ada nama SYL. Kenapa begitu sedikit ia mendapat suara di Sulsel? Apa selama ini masyarakat tidak menyukainya selama menjabat gubernur dua periode?
Atau, mungkinkah Surya Paloh memunculkan nama SYL secara mendadak, menggantikan calon kuat dari NasDem sebelumnya yang dipastikan gagal jadi menteri Jokowi, yakni Gubernur NTT Viktor Laiskodat?
Oh Jokowi, pikir-pikir lagi sebelum mengambil SYL sebagai bagian dari kabinet. Jadi menteri butuh kepercayaan masyarakat. Untuk di provinsinya saja mengindikasikan ketidak percayaan, bagaimana mungkin SYL mendapat perhatian seluruh rakyat Indonesia nantinya?