Mata Indonesia, Gunung Kidul – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul terus berkomitmen dalam menangani masalah sampah di wilayahnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendirikan lima bank sampah baru di pertengahan tahun 2024.
Bukan tanpa alasan pendirian ini dilakukan melihat kondisi Kota Jogja yang tak mengambil langkah antisipasi dalam penanganan sampah. Pada akhirnya depo atau tempat penampungan sampah sementara membludak.
Pendirian bank sampah ini diharapkan dapat membantu mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Wukirsari. Sehingga ada beberapa sampah anorganik yang bisa dimanfaatkan warga yang didaur ulang untuk bisa menjadi nilai ekonomi tambahan.
“Bank sampah ini nantinya akan dikelola oleh kader lingkungan yang bermitra dengan DLH,” ujar Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Gunungkidul, Eko Suharso, Senin 27 Mei 2024.
Menurut Eko, bank sampah mampu mengelola 30 persen sampah anorganik yang dihasilkan oleh satu keluarga. Sedangkan, 70 persen sisanya merupakan sampah organik yang tercampur dan dapat diolah di Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R).
“Jadi kita sasar terus agar sampah ini tertangani. Saat ini, di Gunungkidul sudah terdapat 21 TPS3R,” kata dia.
Selain mendirikan bank sampah baru, DLH Gunungkidul juga memberikan pelatihan kepada para pengelola bank sampah dan memfasilitasi mereka untuk bekerja sama dengan pengepul sampah.
Meskipun belum dapat mengukur secara pasti dampak bank sampah terhadap pengurangan sampah di TPAS Wukirsari, DLH optimis bahwa bank sampah ini akan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.
“Tentu ini bisa membantu mewujudkan prinsip pengelolaan sampah yang berkelanjutan, yaitu pengurangan dan penanganan,” kata dia.