MATA INDONESIA, JAKARTA – Menurut Scientific American, hanya nyamuk betina yang mengigit manusia dan hewan mengambil darahnya. Hal ini disebabkan nyamuk betina membutuhkan darah untuk mendapatkan utrisi dna protein yang dibutuhkan untuk telur.
Nyamuk betina menggunakan organ yang disebut palp rahang atas untuk mendeteksi karbon dioksida yang dikeluarkan hewan dan manusia saat menghembuskan napas. Selain itu, isyarat termal juga bisa ditangkap seperti suhu tubuh kita dan aroma tertentu yang dipancarkan.
Sementara nyamuk jantan tidak bisa menggigit karena tidak memiliki bagian mulut khusus yang diperlukan untuk menusuk kulit.
Sebuah studi mengemukakan bahwa nyamuk yang mengalami dehidrasi akan bergerak lebih agresif dan sering mendarat di inang dan makan lebih sering daripada nyamuk yang memiliki akses ke air.
Hal ini juga tidak lepas dari temuan ahli biologi di Univeristy of Cincinnati Joshua Benoit. Ia mengatakan bahwa nyamuk juga meningkatkan penyebaran penyakit dalam memuaskan dahaga. Para peniti ini mengatakan bahwa kondisi yang basah menyebabkan banyak penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Meski demikian, penelitian baru menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara peningkatan penularan penyakit seperti demam dengan kekeringan. Maka, Benoit mengatakan bahwa opini kondisi yang basah akan lebih banyak mengundang nyamuk belum sepenuhnya benar.
“Tidak sesederhana mengatakan,’ Jika basah, akan ada lebih banyak nyamuk dan lebih bayak penularan penyakit,” kata Benoit.