MATA INDONESIA, JAKARTA – Laki-laki membutuhkan waktu untuk ‘menembak’ sang pujaan hati. Transisi dari hari-hari awal berkencan hingga resmi menjalin hubungan memang sangat menantang. Mendefinisikan hubungan terkadang dapat sangat membingungkan, apakah dua orang saling berkencan atau tidak.
Melansir Times of India, beberapa pria membagikan pengalaman mereka terkait seberapa lama seseorang harus berkencan sebelum memutuskan suatu hubungan atau menjadikan pujaan hatinya sebagai kekasih.
Bersama sepanjang waktu
“Kekasih saya dan saya benar-benar menghabiskan sepanjang hari bersama. Kami belajar bersama dan bahkan keluar di malam hari bersama. Teman-teman kami meledek mengenai kebersamaan kami. Saat itulah kami menyadari bahwa kami sangat dekat, jadi, saya mengajaknya berkencan!” Rishi, 23 tahun.
Harus kehilangan
“Pada saat saya menyadari bahwa saya tidak ingin berbicara dengan orang lain, tetapi hanya dengannya. Sayang, semuanya terlambat. Dia merupakan perempuan yang paling dekat dengan saya, tetapi saya tidak mengakui perasaan saya dan memilih menyembunyikannya. Akhirnya, saya kehilangannya. Saya seharusnya mengajaknya berkencan.” Vardhan, 27 tahun.
Kebutuhan untuk komunikasi
“Jika Anda dan pasangan sependapat mengenai hubungan Anda, maka tidak masalah jika Anda melabeli diri Anda sebagai kekasihnya, bahkan jika Anda berdua sudah berkencan. Bicaralah dengan jelas dengan pasangan Anda mengenai aturan berkencan. Dengan cara ini Anda bisa maju menuju satu hubungan. Jadi Anda dan pasangan berada di track yang sama.” Kashyap, 31 tahun.
Tidak mengkhawatirkan aturan sebelumnya
“Saya memiliki aturan bahwa saya akan berkencan dengan seorang gadis setelah berkencan dengannya selama satu atau dua bulan. Tetapi ketika saya menjalin asmara dengan kekasih saya saat ini, kami berdua memutuskan untuk menjalin hubungan asmara hanya setelah kami melewati 3 pekan untuk saling mengenal. Saya mencintai diri saya, ketika bersamanya dan dia mengeluarkan yang terbaik dalam diri saya.” Nithin, 28 tahun.
Terlalu lama mengambil keputusan
“Saya tidak ingin bersama perempuan yang membutuhkan waktu selama berpekan-pekan atau bahkan berbulan-bulan untuk memutuskan apakah dia ingin memiliki hubungan spesial dengan saya. Ketika saya benar-benar menyukai seseorang, maka saya akan mengutarakan isi hati saya pada kencan kedua atau ketiga. Namun, ketika ia meminta waktu yang lama untuk memberi jawaban. Bagi saya itu berakhir. Saya tidak akan menunggu untuk waktu yang lama.” Ishaan, 25 tahun.
Oleh: Didin Waluyo)*
Komitmen pemerintahan Prabowo Subianto dalam mewujudkan akses pendidikanyang lebih merata terlihat semakin nyata. Pemerintah akhirnya menetapkanDesember 2025 sebagai titik awal pembangunan Infrastruktur Sekolah Rakyat.
Langkah ini dipandang sebagai dorongan baru untuk menegaskan bahwapendidikan tidak boleh menjadi hak istimewa bagi segelintir kelompok saja.Pembangunan ini juga menjadi sinyal kuat bahwa negara mulai menempatkankualitas dan aksesibilitas pendidikan sebagai prioritas utama.
Pembangunan infrastruktur ini masuk dalam pembangunan tahap II yang dilakukandi 104 lokasi di seluruh Indonesia. Dengan memulai proyek pada akhir 2025, pemerintah ingin memastikan bahwa percepatan pembangunan dapat segeradirasakan oleh masyarakat luas.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengatakan, Pembangunan Sekolah Rakyat Adalah bentuk nyata komitmen pemerintah untuk membangunsumber daya manusia yang unggul. Ia menjelaskan bahwa Pembangunan tahap II dilakukan guna memperluas akses Pendidikan berkualitas bagi anak-anak darikeluarga kurang mampu.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian PU, total anggaran yang dialokasikan untuk percepatan pembangunan Sekolah Rakyat ini sebsar Rp20 triliun, yang mana biaya pembangunan diperkirakan Rp200 miliar per sekolah. Sementara itu 104 lokasi yang tersebar antara lain, 27 lokasi di Sumatera, 40 lokasidi Jawa, 12 lokasi di Kalimantan,...