MATA INDONESIA, JAKARTA – Perubahan iklim ternyata telah berdampak buruk yang berpotensi menyebabkan pemanasan global dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh industri. Kondisi ini bisa semakin parah karena pada tahap eksekusi, pelestarian lingkungan masih minim dan belum bisa terbukti menyelamatkan Bumi dari kehancuran alam.
Wisata alam menjadi salah satu yang terancam dari perubahan iklim. Resor atau pulau surgawi yang kerap didatangi oleh keluarga pejabat atau bos perubahan besar bisa terancam punah jika terus rusak. Kemungkinan terburuknya yaitu generasi muda hanya bisa melihat dan menikmati wisata alam dari foto atau video.
Berikut lima destinasi wisata yang terancam punah karena perubahan iklim yang ekstrem.
Pertama, yaitu Hutan Amazon. Hutan tropis yang rimbun dengan luas 3,2 juta kilometer persegi di Amerika Selatan ini menjadi rumah bagi 10 persen spesies di dunia, keanekaragaman hayatinya menarik wisatawan mendatangi Hutan Amazon yang melintang di sembilan negara.
Namun, kenaikan suhu menjadi ancaman bagi hewan-hewan tersebut. Mengingat pada tahun 2018, World Wide Fund (WWF) mengingatkan bahwa setengah dari satwa liar di Amazon bisa menghilang dalam 50 tahun ke depan.
“Di saat anak-anak kita tumbuh besar, tempat-tempat seperti Amazon dan Kepualauan Galapagos kemungkinan tidak dapat dikenali lagi,” kata CEO WWF Tanya Steele.
Sementara itu, spesies pohon di hutan di Hutan Amazon diketahui mengubah komposisinya untuk beradaptasi dengan lingkungan, tetapi tidak dapat melakukannya dengan cepat untuk mengimbangi perubahan iklim.
Kedua, yaitu Alaska. Saat ini destinasi ini terancam punah menurut Fourth National Climate Assessment. Ancamannya meliputi garis pantai yang memburuk, lapisan es yang mencair, jalan yang runtuh, dan pohon yang tumbuh di daerah yang dulunya adalah tundra.
Tidak hanya itu, satwa liar juga menderita dan beberapa terancam punah.
“Alaska berada di garis depan perubahan iklim dan merupakan salah satu kawasan dengan pemanasan tercepat di Bumi,” kata laporan itu.
Selain Alaska, destinasi wisata bersalju lainnya seperti Antartika, Islandia, Patagonia, Glacer National Park, Chamonix dan Aspen juga mengalami masalah yang sama.
Ketiga, yakni Napa Valley. Awalnya wilayah tersebut merupakan destinasi wisata yang komplit serta bisa menghasilkan panen yang subur dan tepat waktu. Namun, pemanasan global telah mengakibatkan musim panen tidak menentu dan rasa wine mengalami perubahan.
Keempat, yaitu Air Terjun Victoria, Zimbabwe. Air terjun Victoria merupakan air terjun terbesar di dunia. Airnya mengucur deras dari ketinggian sekitar 108 meter. Air terjun ini hanya terlihat seperti kabut saat dilihat dari kejauhan. Namun sayangnya, Global Climate Risk Index menempatkan Zimbabwe di peringkat dua pada tahun 2018.
Perubahan iklim mengakibatkan pemanasan global mulai menyebabkan kucuran air berkurang dan dikhawatirkan Air Terjun Victoria akan kering selamanya.
Terakhir, adalah Machu Picchu. Destinasi ini telah menarik 1,5 juta wisatawan sepanjang tahun 2018. Meski demikian, para konservasionis khawatir jika situs tersebut rusak dan perubahan iklim terus mempengaruhi cuaca.
Pada dasarnya, area tersebut cukup kering namun sejak cuaca semakin ekstrem, kompleks peninggalan suku Inca ini sering mengalami hujan lebat. Hujan yang terlalu lebat bisa berdampak pada kerentanan area bangunan bersejarah itu.