MATA INDONESIA, JAKARTA – Film KKN di Desa Penari akhirnya resmi tayang sejak 30 April 2022 setelah 2 tahun tidak jadi tayang akibat kenaikan Covid – 19.
Hebatnya, dalam rentan waktu 17 hari setelah penayangan, film KKN di Desa Penari ini berhasil tembus rekor sebanyak 6.277.019 orang yang menonton.
KKN di Desa Penari ini merupakan film horor Indonesia yang diangkat dari kisah nyata tentang mahasiswa yang melakukan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) di sebuah desa terpencil.
Namun, tahukah kalian? Bahwa di balik kesuksesan film horor KKN di Desa Penari ini juga menceritakan kisah pilu dibalik layar nya loh. Salah satunya figuran pemeran hantu yang berada di Dusun Ngluweng Kalurahan Ngleri Kapanewon Playen, Gunungkidul.
Tempat itulah yang menjadi lokasi syuting film KKN di Desa Penari. Di mana ada sekira 50 orang yang menjadi figuran hantu.
Salah satu pemeran hantu bernama Subardo. Lelaki 51 tahun itu dibayar Rp 75 ribu untuk sekali pengambilan gambar.
Menurut Subardo, Ia diminta untuk menjadi hantu di film KKN di Desa Penari tersebut dan hanya tampil dengan durasi yang pendek dalam film. Selain itu, Subardo juga harus melakukan persiapan yang cukup melelahkan dan tidak boleh menghapus make up nya selama sehari semalam atau 24 jam.
Dilansir dari suara.com, Subardo mengatakan Ia dan puluhan orang lainnya harus berada di dalam bus dengan AC tetap hidup. Hal tersebut bertujuan agar make up yang dipakai tidak luntur. Subardo juga menambahkan “Kasihan yang make up-nya separuh wajah, honornya sama tapi lebih susah,” ujarnya.
Tak sampai disitu, menjadi pemeran hantu di film KKN di Desa Penari tsrsebut pun Ia tak boleh mengedipkan mata apalagi memejamkannya.
Apabila hal tersebut terjadi, maka syuting pun harus diulang. Termasuk ketika ada gerakan kecil diluar arahan, pengambilan gambar pun kembali diambil.
Selain Subardo, anggota keluarga lainnya juga ikut andil dalam film yang mencetak sejarah Indonesia tersebut.
Dua mertuanya dan sang ayah berperan menjadi hantu. Sementara sang ibu sebagai nenek yang menjemur kain di salah satu rumah warga.
Reporter : Adinda Catelina Fadjrin