Waduh! Netizen Minta Denny Sumargo Undang Doddy Sudrajat, Ini Alasannya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – YouTuber, Denny Sumargo mendadak jadi perbincangan usai channel-nya disebut kutukan. Pasalnya, warganet menduga beberapa selebritis ketiban sial hingga meninggal dunia pasca menghadiri YouTube-nya.

Terbaru, Denny justru ramai diminta netizen untuk mengundang ayah mendiang Vanessa Angel, Doddy Sudrajat ke channel-nya.

Hal itu terungkap usai diposting akun Instagram, @bundsthetic. Dalam unggahan itu, nampak tulisan warganet yang meminta Denny untuk mengundang Doddy secepatnya.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by TEMPAT NONGKRONG BUNDA (@bundsthetic)

“Surat terbuka untuk Denny Sumargo, saatnya Anda mengundang Doddy Sudrajat,” tulis akun tersebut.

Ternyata, permintaan netizen agar Denny mengundang Doddy Sudrajat bukan tanpa alasan. Mereka yang selama ini menganggap YouTube Denny bak kutukan, berencana agar Doddy bisa segera mendapat balasan setelah apa yang ia perbuat usai kematian Vanessa Angel.

“Setujuu, undang deh pengen lihat endingnya.”

“Tanyain aja kapan nyusul.”

“Wkwkwk udah kayak tumbal.”

Sebelumnya, Denny SUmargo ramai diminta netizen untuk berhenti membuat YouTube. Hal ini bermula setelah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil diundang ke channel Denny, dan diberi pertanyaan ‘pilih istri atau anak’. Tak lama, Ridwan Kamil mendapat musibah, putranya Emmeril Khan Mumtadz dinyatakan meninggal setelah hilang di sungai Aare, Swiss pada 26 Mei 2022.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini