Viral! Cowok Bucin Cuci Pembalut Pacarnya, Dikecam Netizen!

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Video yang menampilkan seorang pria mencuci pembalut bekas pakai pacarnya menjadi viral. Video yang awalnya dibagikan oleh pengguna TikTok ini bahkan beredar hingga platform media sosial lainnya.

Salah satu akun yang mengunggah ulang video tersebut adalah akun Twitter @AREAJULID. Pada tangkapan layar yang dibagikan, terlihat seorang pria tengah menggosok pembalut dengan sabun hingga bersih.

Mirisnya, aksinya itu dilakukan atas permintaan pacarnya. Dalam captionnya, si perempuan menulis jika sang pacar menurut saja saat diminta mencucikan pembalut bekas pakai.

“Nurutan amat sih disuruh nyuci sopte aku. Miss you ayang,” tulis keterangan pada video.

Video pria yang menurut saat diminta mencuci pembalut itu pun mendapat beragam komentar dari netizen. Kebanyakan dari mereka mengkritik si wanita maupun pacarnya.

Pasalnya, soal mencuci pembalut sendiri masih sering menimbulkan perdebatan. Ada yang menganggap pembalut lebih bersih jika dicuci sebelum dibuang, tapi ada juga yang berpendapat bahwa pembalut tak perlu dicuci karena merupakan benda sekali pakai.

“Kata mamaku, noda darah (mens) dicuciin orang lain = dosa, bener ga si? Logisnya juga itu hasil sendiri, tapi dibersihin orang lain, gewla,” komentar @tupt***leeoo.

“Perasaan perempuan sekarang banyak bgt yg pengen nunjukin sebagai Ratu bagi laki²nya tpi berlebihan sampe ga masuk akal atau menjijikan. Biar apa sih? Biar dibilang:”ihh beruntung bgt kamu”. Maaf ga ngiri gue. Gue suka diperlakukan spesial tpi ga merendahkan martabat cowok,” kata @hmmsia*****aaaa.

“Lo boleh bucin, tapi ga jadi g**loq juga brayy,” tulis @ka*****lentang.

“Jijik n**ng !!! Bikin emosi! Rasanya pengen ngomong semua kata kasar ke mbak nya ! Gk tau adab bgt jadi cewe!,” kata @kha***ahh_.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini