MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak pekerja yang mengeluh kehilangan sebagian bahkan seluruh pendapatan hingga mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) di masa pandemi corona (COVID-19). Lantas bagaimana cara mengelola finansial di tengah pendemi ini?
Pemerhati Perbankan Jenthu Apolunanto mengatakan, upaya untuk mengelola keuangan di masa corona memang gampang-gampang susah. Di samping tak punya simpanan dana darurat, para pekerja juga tak dibekali dengan pemahaman finansial atau financial literacy yang mumpuni.
“Sehingga pada saat mereka masuk kondisi sulit (seperti sekarang), tak punya dana darurat. Atau kalaupun ada tidak cukup mengcover kondisi ketidakpastian finansialnya,” ujarnya belum lama ini.
Menurut dia, hal yang mungkin terlupakan dan bisa segera dilakukan adalah dengan mengecek ulang sumber pendapatan dan menghitung ulang budget rumah tangga.
“Setiap orang perlu memastikan agar cash flow aman, membatasi atau meniadakan pengeluaran yang tak perlu dan mengamankan portfolio aset likuid-nya (tabungan, deposito, emas, reksadana) agar bisa cukup untuk mengcover situasi ini,” katanya.
Langkah berikutnya adalah membuat penambahan saldo pada dana darurat. Lazimnya, besaran dana darurat ideal adalah perkalian dari pengeluaran rutin bulanan.
“Semakin banyak jumlah anggota keluarga konsekuensinya semakin besar dana darurat yang harus disiapkan,” ujarnya.
Selanjutnya adalah menggeser anggaran yang mungkin untuk dipakai dulu sebagai dana darurat. Misalnya dana untuk umroh, nonton dan untuk sekadar nongkrong atau ngopi-ngopi.
“Bila mungkin buat Anggaran Bulanan yang mencakup kebutuhan utama, kebutuhan pelengkap dan kebutuhan belanja. Persentase tiap kebutuhan termasuk dana darurat berbeda antar keluarga, boleh disesuaikan sendiri,” katanya.
Jenthu juga menganjurkan agar semua orang perlu tetap tenang dan tak gelisah berlebihan dengan kondisi saat ini. Perilaku hidup boros juga perlu dirubah.
“Harus membedakan mana yang wajib dipenuhi untuk hidup, mana kebutuhan yang bisa disesuaikan dan tidak mendesak dan mana keinginan yang bisa ditunda,” ujarnya.
Ia juga menyarankan agar setiap orang perlu menghindari hutang, apalagi dengan pembelian jumlah besar dan lewat skema kredit alias nyicil.
Selain itu, para pekerja juga disarankan untuk mengoptimalkan THR. Dana tersebut sebaiknya jangan dihabiskan untuk eksekusi konsumsi sesaat.
“Sikapi THR sebagai sumber penghasilan tambahan yang bisa digunakan untuk merestruktur finansial yang ambyar, antara lain untuk bayar hutang, buat dana darurat, investasi atau asuransi,” katanya.