MATA INDONESIA, JAKARTA – Jika umumnya gedung pencakar langit dibangun dengan megah, berbeda halnya dengan The Shard di London, Inggris. Gedung yang memiliki ketinggian 309,6 m ini dibangun dengan konsep menghargai lingkungan, sehingga material konstruksinya pun menggunakan barang bekas.
Mengutip dari The Guardian, bangunan yang memiliki 11.000 panel kaca ini ternyata dibuat dari 95 persen bahan daur ulang. Tak hanya itu, 20 persen baja yang digunakan juga berasal dari material daur ulang.
Efisiensi energi juga ditingkatkan pada Gedung The Shard dengan mengandalkan kaca berlapis tiga atau triple-glazed glass. Tiga lapisan ini terdiri dari lapisan luar, lapisan pelindung, dan lapisan dalam.
Panel pada lapisan luar kaca mengandung kadar besi yang rendah sehingga menciptakan permukaan yang sangat reflektif serta membatasi penumpukan panas. Hal tersebut juga turut menambahkan kilau pada bangunan. Panel eksternal yang tidak bertemu ini dapat menciptakan aliran udara konstan yang secara alami mengatur suhu internal di The Shard.
Bangunan ini juga didesain dengan konsep setiap sudut dibiarkan terbuka sehingga dapat memberikan ruang untuk bernapas. Komponen arsitektur di setiap sisinya dibuat tidak bersentuhan satu sama lain agar terdapat celah yang memungkinkan oksigen masuk.
Diresmikan sejak bulan Februari 2013, gedung ini pun memiliki sebuah sistem pengontrol otomatis yang akan menyesuaikan diri sepanjang hari untuk memastikan naungan hanya digunakan pada waktu dan tempat yang diperlukan.
Di samping desain bangunan yang terbilang unik, metode pembersihan bagunan ini juga cukup menarik. Terdapat setidaknya enam tim yang akan bertugas secara manual untuk membersihkan satu sisi bangunan di setiap minggunya. Karena terdapat empat sisi, maka untuk membersihkan satu gedung membutuhkan waktu satu bulan.
Arsitek yang menangani pembangunan gedung ini, Renzo Piano, mengatakan bahwa ia ingin membuat sebuah konsep menara yang seolah muncul dari Sungai Thames. Ia terinspirasi dari menara London yang terdapat pada lukisan karya Canaletto asal Venesia pada abad ke-18.
Mendirikan bangunan tinggi di kawasan yang memiliki sejarah seperti London Bridge tidak mudah. Konsep bangunan yang lancip, ringan, dan transparan mampu mereduksi wujud bangunan tertinggi ini menjadi tidak terlihat terlalu menonjol dan arogan seperti layaknya bangunan highrise lainnya.
Gedung pencakar langit ini dilengkapi dengan 44 lift, termasuk lift bertingkat, yang mampu melakukan perjalan hingga enam meter per detik. Dengan mengusung konsep Neo-futurisme, gedung tertinggi di Inggris ini dibuat dengan fungsi sebagai kota vertikal, dimana orang bisa bertempat tinggal, bekerja, dan bersantai.
Memiliki 72 lantai layak huni, gedung ini terdiri dari 25 lantai kantor, tiga lantai restoran, 17 lantai hotel, 13 lantai apartemen, dan tiga galeri untuk melihat ketinggian. Di samping itu, terdapat pula ruang terbuka untuk melihat pemandangan keluar di ke-72 lantai yang ada. (Marizke)