Terlanjur Kepincut, CEO Dior Siap Boyong Jisoo BLACKPINK Jika Ditinggal Agensi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu personel BLACKPINK, Jisoo resmi menjadi duta global rumah mode ternama, Dior. Hal ini sontak membuat para BLINK bersorak-sorai.

Tak sampai di situ, CEO Dior, Pietro Beccari bahkan sudah terlanjur kepincut dengan pesona Jisoo. Dengan candaan, Pietro mengatakan siap memboyoh Jisoo jika suatu hari wanita itu ditelentarkan oleh pihak agensinya, YG Entertainment.

Candaan itu terlontar saat Dior menyambut hangat Jisoo yang turut hadir di pertunjukan Dior Womenswear Spring Summer 2022 di Paris Fashion Week beberapa hari lalu. Saat itu, Jisoo disambut spesial oleh para petinggi Dior, termasuk Pietro.

Bahkan selama acara berlangsung, Jisoo pun duduk di sebelah sang CEO yang juga anggota Komite Eksekutif LVMH tersebut. Hal ini menunjukkan betapa berharga Jisoo Blackpink sebagai global brand ambassador Dior.

Saat acara selesai, Pietro pun terlibat perbincangan hangat dengan Jisoo dan salah satu stafnya. Dalam suatu momen, Pietro Beccari sempat bergurau ke salah satu pihak Jisoo dengan mengucapkan pernyataan yang sempat terekam kamera dan ramai disiarkan di media sosial.

“Jika YG meninggalkannya tolong kabari aku dan aku akan siap menampungnya,” kata sang CEO.

Sementara itu, Jisoo telah terpilih sebagai wajah global Dior sejak Maret 2021 lalu.

Jisoo Blackpink diketahui terbang ke Paris bersama Rose beberapa hari yang lalu untuk menghadiri acara Paris Fashion Week sebagai brand ambassador Dior. Begitu sampai di lokasi acara, banyak reporter yang ingin berkesempatan berbicara dan mengambil fotonya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini