Studi: Waspada, Kurang Tidur Bisa Tingkatkan Risiko Demensia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Studi dari jurnal Nature Communications menjelaskan bahwa jika orang berusia paruh baya tidur kurang dari enam jam, kesehatan otaknya bisa terganggu. Para peneliti memantau 8 ribu partisipan berusia 50-60 tahun selama 25 tahun. Hasilnya, risiko demensia ditemukan lebih tinggi pada orang dengan kebiasaan tidur kurang dari enam jam daripada orang yang tidur tujuh jam dalam semalam.

Ahli neurologi, Tara Spiers-Jones menegaskan bahwa tidur penting bagi otak karena berperan membersihkan protein beracun yang menumpuk di otak.

“Tidur penting untuk fungsi otak dan juga dianggap berperan dalam membersihkan protein beracun yang menumpuk di otak pada orang dengan demensia,” kata Tara.

Maka, studi tahun 2017 mengkorelasikan bahwa orang dengan kualitas tidur yang buruk lebih berisiko mengembangkan demensia di masa depan.

Sementara itu studi lain menjelaskan bahwa orang dewasa paruh baya menghasilkan banyak plak beta amyloid saat tertidur. Adapun beta amyloid merupakan senyawa protein yang mengganggu komunikasi antar sel otak, yang menjadi salah satu ciri penyakit Alzheimer.

Ahli neurologi, Elizabeth Coulthard menegaskan bahwa studi ini dilakukan pada populasi yang besar dalam periode yang cukup lama.

“Ini memperkuat bukti bahwa kurang tidur di usia paruh baya dapat menyebabkan atau memperburuk demensia di kemudian hari,” kata Elizabeth.

Sebagai informasi, demensia berisiko bisa dikurangi dengan mengubah gaya hidup sejak dini. Peneliti dari Alzheimer’s Research, Sara Imariso menilai bahwa perilaku bisa memperburuk kondisi otak dan meningkatkan risiko demensia.

“Bukti terbaik menunjukkan bahwa tidak merokok, konsumsi alkohol dalam batas wajar, aktif secara fisik, konsumsi makanan seimbang, dan menjaga kadar kolesterol serta tekanan darah dapat menjaga otak tetap sehat seiring bertambahnya usia,” kata Imariso.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini