Statement Harry dan Meghan, Pukulan bagi Kerajaan Inggris

Baca Juga

MATA INDONESIA, LONDON – Statement Pangeran Harry dan Meghan Markle dalam wawancara eksplosif dengan Opray Winfrey membuat heboh dunia, sekaligus pukulan untuk Kerajaan Inggris.

Bagaimana tidak? Dalam wawancara berdurasi dua jam tersebut Pangeran Harry dan Meghan berbicara tentang rasisme, pengabaian, hingga permusuhan di dalam keluarga Kerajaan Inggris.

Tuduhan Pangeran Harry, terutama Meghan menggarisbawahi betapa kerasnya kehidupan di dalam Kerajaan Inggris. Meghan bahkan secara terang-terangan mengungkapkan dirinya sempat berniat bunuh diri karena tidak kuat dengan kehidupan kerajaan.

“Ini adalah momen yang suram, tidak diragukan lagi, terutama bagi keluarga,” kata seorang mantan asisten senior Kerajaan Inggris, melansir Reuters, Rabu, 10 Maret 2021.

“Sangat mudah di saat-saat ini untuk memikirkan pikiran gelap tentang masa depan monarki. Saya pikir ini cukup aman, tetapi tidak dapat disangkal bahwa ini adalah pukulan yang berarti dan krisis yang sulit bagi mereka untuk dinavigasi,” ucapnya.

Sekitar 40 jam setelah wawancara Pangeran Harry dan Meghan Markle ditayangkan, Ratu Elizabeth II mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa keluarga Kerajaan Inggris sedih dengan semua statement Pangeran Harry dan Meghan. Sang Ratu juga berjanji untuk secara pribadi membahas komentar rasis terhadap putra pertama mereka, Archie Harrison Mountbatten-Windsor.

Sepanjang sejarahnya, monarki harus menghadapi berbagai peperangan, revolusi, dan perselisihan sipil. Namun, dalam satu abad terakhir, ancaman terbesar justru datang dari internal kerajaan Inggris.

Krisis pelepasan tak terduga mendorong Pangeran George VI –seorang pria pemalu yang gagap, naik takhta dalam pergantian peristiwa yang akhirnya menyebabkan putrinya Elizabeth II menjadi ratu di Inggris, jabatan yang telah dipegangnya selama 69 tahun.

Selama waktu itu, ancaman eksistensial terbesar datang dalam kekacauan tahun 1990-an, ketika institusi tersebut berjuang untuk mengatasi skandal dan pernikahan yang hancur, tak terkecuali dari pernikahan Pangeran Charles dengan mendiang Putri Diana.

Setelah kepergian Putri Diana, Perdana Menteri Inggris, Tony Blair meyakinkan Pangeran Charles untuk membujuk Ratu elizabeth II untuk datang ke London agar terlihat berpidato di depan bangsa, meskipun saat itu ada ketegangan antara tim PM dengan penasihat Istana.

Ada kekhawatiran bahwa monarki Inggris kembali didorong ke jurang – kali ini karena tuduhan rasisme dan pengabaian oleh Meghan dan Pangeran Harry –pewaris tahta urutan keenam dan adik dari calon raja, Pangeran William.

“Keluarga kerajaan telah menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dalam keberadaannya dan meskipun halaman depan mencela dengan hype bahwa ini adalah krisis terbesar yang melanda keluarga kerajaan,” kata Mark Borkowski, salah satu pakar hubungan masyarakat terkemuka Inggris.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini