MATA INDONESIA, JAKARTA – Serangan panik dan serangan jantung sering dianggap sebagai hal yang sama karena memiliki gejala berupa rasa sakit di bagian dada. Padahal keduanya berbeda termasuk penanganannya.
Jika dalam serangan jantung, penyebabnya adalah tersumbatnya arteri yang memasok darah ke jantung. Gejalanya meliputi nyeri atau tekanan di dada, berdebar-debar, merasa pusing, berkeringat dan keringat dingin, nyeri atau sakit di tubuh bagian atas, seperti rahang, leher dan lengan.
Sementara dalam gejala serangan panik tidak mengancam nyawa namun mengganggu kualitas hidup dan kesejahteraan mental. Orang yang sering mengalami serangan panik bisa memiliki gangguan panik seperti kecemasan.
Ahli jantung, Mistyann-Blue Miller MD menegaskan bahwa dua keadaan ini hampir mirip. Persamaannya seperti terletak pada area nyeri. Pada serangan jantung, nyeri menyebar ke area lain seperti lengan, rahang atau leher. Jika itu serangan panik, rasa sakit umumnya akan bertahan di dada.
Kedua, rasa nyeri pada serangan jantung dapat dirasakan seperti dada yang diremas atau seolaj-olah ada yang duduk di bagian dada. Kemudian, ada sakit kepala atau sensasi terbakar seperti heartburn.
Bila serangan panik umumnya seperti nyeri yang menusuk dada, jantung berdebar kencang atau rasa tidak nyaman di dada.
Ketiga, durasi pada serangan panik berlangsung pada beberapa menit hingga satu jam, lalu menghilang dan tubuh bisa merasa lebih baik. Namun, jika serangan jantung tidak kunjung reda. Rasa sakit dan gejala serangan jantung dapat terus berlanjut atau datang secara bertahap.
“Serangan jantung dapat menyebabkan nyeri dada yang parah, dengan skala nyeri 9 atau 10,” kata Miller.
Keempat, pemicu serangan panik dan jantung cukup berbeda meski keduanya bisa membuat terbangun dari tidur. Perbedaannya orang yang terkena serangan panik di malam hari biasanya mengalami hal tersebut di siang hari.
Jika saat bangun merasakan nyeri dada atau gejala lainnya, sementara tidak ada riwayat serangan panik, bisa diperkirakan menjadi pertanda serangan jantung.