MATA INDONESIA, JAKARTA – Ada banyak seniman sulap yang sangat terkenal, David Copperfield salah satunya. Pesulap asal New Jersey, Amerika Serikat ini telah mengejutkan dan menghibur penonton dengan ilusinya selama beberapa dekade.
Dikutip dari Historia, pria ini lahir dengan nama asli David Seth Kotkin. Ibunya adalah pegawai asuransi dan ayahnya adalah seorang pedagang yang memiliki toko pakaian untuk pria.
Kecepatannya dalam menyerap pelajaran dan trik sulap yang dia pelajari sendiri, sangat membantunya dalam membangun karier awalnya. Pada usia 12 tahun, David sudah bisa memulai dan memiliki sendiri show tunggalnya.
Nama “David Copperfield” diambilnya dari tokoh fiksi bernama David Copperfield yang muncul dalam novel berjudul sama, David Copperfield, karya Charles Dickens. Saat itu banyak yang mengakui, kalau bocah itu memiliki bakat besar dan permainannya begitu cemerlang, tak kalah dari pesulap yang usianya sudah lebih matang.
Empat tahun melakukan show tunggal dan terus melatih kepiawaiannya dalam sulap, bakat dan sepak terjang David menarik Society of American Magician (Masyarakat Pesulap Amerika). Dia lantas ditarik untuk masuk ke dalam lingkaran orang-orang pencinta seni ilusi dan manipulasi itu.
Selain itu, ketika dia berusia 16 tahun, David telah mengajar mata kuliah sulap di New York University. Ini menjadikan dia sebagai orang termuda yang pernah mengajar di universitas.
Mengajar dan asyik show tunggal tak membuat David tertarik dengan seni lain. Rupanya, ia juga tertarik saat ditawari tampil dalam drama musikal berjudul The Magic Man.
Saat itu, David berusia 18 tahun. “Saat ikut serta dalam drama musikal itu, aku harus melakukan pertunjukan sulap dan menyanyi. Makin lama durasi drama itu,makin lama pula aku memainkan sulap dan mereka ingin aku tidak banyak menyanyi.Aku rasa, aku tak berbakat menjadi penyanyi,” kenang David.
Ketika show The Magic Man itu selesai, David meneruskan kuliahnya di Fordham University. Namun, dia menghadapi masalah.
Setelah drama musikal itu habis masa tayangnya, dia menganggur. Dia tidak punya uang dan terpaksa mengandalkan kiriman dari ayahnya untuk menyambung hidup.
“Ketika show itu selesai, aku terpaksa kelaparan selama setahun di New York. Ayahku mengirimi uang agar aku bisa membayar sewa apartemen. Setiap hari aku duduk di apartemenku, mempelajari dan memperbaiki keterampilan sulapku sembari mencari musik yang tepat untuk pertunjukanku,” kata dia.
Beruntung, nasib buruknya itu berubah setelah setahun tak punya tujuan hidup yang jelas. “Aku mengetuk banyak pintu dan mengirim banyak rekaman video sulapku.Sampai suatu hari, aku ditelepon dan diminta menjadi host acara televisi. Saat itu aku baru berusia 19 tahun. Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar itu,” jelas David.
Show televisi pertamanya itu membawa David terbang ke Honolulu, Hawai, untuk menjadi host acara sulap di Pagoda Hotel. Acara itu sukses dengan konsep penggabungan musik dengan sulap. Musiknya digarap Gershwin.
Sementara di panggung, David terinspirasi dengan duet Gene Kelly dan Fred Astaire. “Saat itu aku merasa sangat keren. Aku pakai kalung besar, jaket mengkilap,dan potongan rambut yang buruk,” cetus David yang diikuti dengan tawanya.
Show itu ternyata sukses besar. David pun sadar kalau dia harus tetap mempertahankan rating dengan memberikan pertunjukan dan trik spesial kepada penonton dan penggemar setianya.
“Jadi, aku pakai saja jaket mengkilap itu dan mempertahankan potongan rambut
ku yang jelek, lantas aku hilangkan sebuah pesawat terbang,” katanya.
Sebagian besar penampilan Copperfield berupa acara spesial televisi dan sebagai bintang tamu dalam acara televisi. Di layar lebar, Copperfield pernah bermain sebagai Ken si pesulap dalam film horor Terror Train produksi tahun 1980. Selain itu, Copperfield pernah tampil sebagai figuran dalam film Prêt-à-Porter (1984), namun namanya tidak dicantumkan dalam daftar pemain.
Pada tahun 1982, Copperfield mendirikan yayasan Project Magic untuk membantu rehabilitasi pasien yang mengalami lumpuh tangan dengan mengajarkan gerakan sulap sebagai salah satu metode terapi fisik. Metode yang dikembangkannya mendapat akreditasi dari American Occupational Therapy Association dan digunakan di lebih dari 1.100 rumah sakit di 30 negara di dunia.
Pada tahun 1996, Copperfield menulis antologi fiksi berjudul David Copperfield’s Tales of the Impossible yang mengambil latar belakang dunia sulap dan ilusi. Dalam penulisan buku tersebut Copperfield bekerja sama Dean Koontz, Joyce Carol Oates, Ray Bradbury, dan anggota tim yang lain. Pada tahun berikutnya terbit volume kedua, David Copperfield’s Beyond Imagination (1997).
Copperfield memiliki Museum Internasional dan Perpustakaan Seni Sulap di Las Vegas, Nevada. Museum tersebut didirikan sebagai usaha Copperfield untuk melestarikan sejarah seni sulap, dan koleksi perangkat sulap antik, buku, dan benda-benda yang berkaitan dengan seni sulap.
Majalah Forbes melaporkan David Copperfield memiliki penghasilan sebesar 57 juta dolar AS pada tahun 2003. Jumlah tersebut menjadikannya berada di urutan ke-10 selebritas dengan bayaran paling mahal di dunia.
Pada tahun 2004, penghasilannya diperkirakan sebesar 57 juta dolar AS (urutan ke-35), sedangkan penghasilannya pada tahun 2005 tetap berjumlah 57 juta dolar AS, namun turun ke urutan ke-41 dalam daftar selebritas top dunia. Setiap tahunnya, David Copperfield melakukan lebih dari 550 pertunjukan di seluruh dunia.
Reporter: Muhammad Rizki Hidayat