Ngeri! Dokter Boyke Ungkap Fakta Mengejutkan Soal Sosok ‘Gilang Bungkus’

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pelecehan seksual berkedok riset ilmiah yang dilakukan oknum mahasiswa Universitas Airlangga bernama Gilang masih ramai diperbincangkan publik.

Gilang diduga memiliki penyimpangan perilaku seksual fetish karena mendapatkan kepuasan seks dengan melihat korban yang terbungkus kain jarik menyerupai pocong.

Perilaku seksual yang terbilang aneh ini pun menggelitik seksolog dr Boyke Dian Dungraha SpOG MARS untuk ikut berkomentar. Diungkapkan Dokter Boyke, ‘Gilang Bungkus’ memiliki kelainan fetish ekstra.

“Ini adalah fetish plus-plus apalagi dia posting di media sosial, ketika dia posting dia merasa bangga orang-orang itu (korban) terjebak olehnya. Biasanya si pelakunya dia akan melakukan masturbasi di depan obyek seksualnya untuk mendapatkan kepuasan seks seperti itu,” kata Dokter Boyke dalam tayangan Insert, dikutip Minggu, 2 Agustus 2020.

Dokter Boyke juga mengatakan bahwa Gilang memiliki sifat sadis meski tak terlihat langsung. “Sadis meskipun tidak langsung, tapi dalam bentuk penyiksaan, artinya suruh (korban) tutup matanya, bungkam mulutnya, itu kan seperti menyiksa kan,” ujarnya.

Ditambah lagi, tindakan Gilang yang meminta korbannya menunjukkan alat kelamin. “Hasilnya (korban) di-posting di Instagram untuk voyeurism,” kata Dokter Boyke.

Dari sederet indikator tersebut, Dokter Boyke menyimpulkan bahwa Gilang merupakan seorang psikopat yang menderita penyimpangan seksual.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini