Mengapa Ibu Muda Ini Masih Saja Mencari Sensasi Seksual?

Baca Juga

Mata Indonesia, Jakarta – Mengapa kejanggalan perilaku seksual masih saja marak terjadi? Ini pertanyaan penting-penting tidak? Tapi karena  perilaku seksual  menyimpang masih saja terjadi, tak ada salahnya, ikhwal kejanggalan seksual  dipertanyakan terus.

Coba, kurang aneh apanya, keliling kota sembari telanjang di dalam mobil? Aneh kan? Tapi  seperti itulah yang belum lama ini  dilakukan sepasang siswa SMU di Jambi. Mengapa ia melakukan hal itu? Ya itu tadi, boleh jadi ia sudah tidak bisa lagi mengendalikan dorongan sensasi seksual dalam dirinya.

Pada hakekatnya, kita semua, penganut adat ketimuran tahu, bahwa ruang seksual itu bukan ruang sensasi terbuka. Akan menjadi aib, jika urusan yang satu itu dilakukan menyimpang, atau diekspose  ke publik.

Lalu mengapa masih ada yang nekat melakukannya? “Ya…. Itu lantaran fantasi seksualnya sudah kebablasan, maka soal aib tadi berubah menjadi sensasi,” kata, Yuni Wahyuningsih, 48, salah seorang pengelola pondok Darul Marhamah, bogor, lulusan Fakultas psikologi. 

Padahal kejanggalan perilaku seksual itu, kalau sampe ketahuan,  “Bakal dihujat, habis-habisan” Ungkap Nuroto Prabowo, 52, karyawan swasta, lulusan fakutas psikologi salah satu perguruan tinggi di Jakarta.

Sanksi terhadap mereka yang ketahuan melakukan kejanggalan seksual, atau “pelanggaran seksual, sebenarnya sangat berat. “Sanksinya bukan seumur jagung, tapi seumur hidup,”ungkap Noto yang kini juga aktif dalam kegiatan sosial keagamaan.

Sebagaimana disinyalir dalam berbagai ulasan, terbuka luasnya jaringan komunikasi lewat internet, telah membuat ruang “media social” sering disalahgunakan  menjadi ajang pamer sensasi. Hampir ada saja setiap hari orang yang pamer “seksualitas”di ruang itu.  

Mirisnya, tanpa disadari itu telah membuat generasi hari ini gampang hanyut oleh arus sensasi ekstrim. Apa saja, dirasa tidak menjadi seru, jika tidak ada sensasinya. Akibatnya, ruang kehebohan, keseruan menjadi pertimbangan utama, ketimbang ruang ahlak. Sensasi lebih menggoda ketimbang moralitas.

Apa yang terjadi di Jambi, misalnya merupakan salah satu contohnya. Terlepas dari persoalan kelainan Jiwa yang kemungkinan diidap perempuan bernama  Yunita Sari Anggraini, masih 20 tahun, yang mencabuli 17 bocah, patut diduga ia menjadi salah satu contoh yang terpengaruh tontonan sensual.

Patut diduga, perempuan ini nekat melakukan penyimpangan seksual, lantaran kebiasaannya menyaksikan adegan-adegan sensasi seksual lewat internet. “Siapa pun yang sehari-hari nonton sensasi, pasti sedikit banyaknya, ingin merasakan sensasi tersebut,”papar Yuni, ibu 3 anak ini.  

Dilihat dari keseharian Yunita, besar kemungkinan, jiwanya mengalami kelainan, karena sering nonton sensasi porno lewat internet,” ungkap Jamaluddin Anshor, 40, pegiat media social, asal Surabaya. 

Jika terus terusan nonton film porno, otomatis sensasi pornografi tadi akan menguasai jiwanya. Üjung-ujungnya bakal mendorong ia untuk mencobanya. Sekali nyoba, bablas,’” ungkap Jamal. Itulah barangkali yang diduga terjadi pada Yunita, perempuan, bersuami tadi.

Perilaku pencari sensasi, sebagaimana uraian para pakar psikologi, rata-rata bermula dari interaksi kimiawi antara perasaannya dengan sensasi yang diliatnya. Bermula dari situ,  sebuah kebiasaan terbangun. Dan jika telah menjadi kebiasaan, maka  otak yang bersangkutan otomatis akan menyimpan rekaman kimiawi atas perilaku itu tadi. “Jika sudah penuh, bisa  luber menjadi perilaku,”ungkap Noto.

Si pelaku kejanggalan seksual tadi sudah kehilangan dirinya. Sebaik dan semoral apapun orang itu, ia bisa kehilangan dirinya. “Berangkat dari perspektif ini, maka baik kiranya jika tontonan-tontonan tidak baik ini, sedari awal dihindari.”tambah  Noto.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Semua Pihak Perlu Bersinergi Wujudkan Pilkada Damai

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Pilkada tidak hanya sekadar agenda politik,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini