Lagu untuk Tragedi Tampomas dari Ebiet G. Ade dan Iwan Fals

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tenggelamnya kapal Tampomas II yang menenggelamkan 400 korban menjadi tragedi laut terbesar Indonesia yang terjadi pada 27 Januari 1981, tepat 40 tahun yang lalu.

Tragedi itu digambarkan dalam buku berjudul ‘Neraka di Laut Jawa: Tampomas II’ oleh Bondan Winarno yang ditulis dengan hasil reportase para jurnalis Sinar Harapan dan Mutiara.

Musisi legendaris Iwan Fals dan Ebit G Ade juga membuat bait-bait lirik dalam sebuah lantunan Lagu Untuk Tampomas, mengenang tragedi nahas yang terjadi pada saat itu.

Sejarah kelam di dunia maritim Indonesia ini diabadikan oleh musisi legendaris Indonesia, Iwan Fals dalam sebuah lagu berjudul “Celoteh Camar Tolol dan Cemar”. Dalam lirik lagunya, Iwan Fals menggambarkan suasana mencekam yang terjadi di tengah perairan.

Lagu ciptaan Iwan Fals pada tahun 1982 itu mempunyai lirik yang sangat mendalam. Dari lirik-lirik lagunya, mengungkap peristiwa KMP (Kapal Motor Penumpang) Tampomas II yang tenggelam karena kerusakan mesin dan kebakaran.

Diduga sebagai akibat korupsi serta lemahnya pengawasan terhadap transportasi laut pada saat itu. Berikut potongan lirik dari Sang Musisi legendaris Iwan Fals dengan judul “Celoteh Camar Tolol dan Cemar”.

Api menjalar dari sebuah kapal
Jerit ketakutan
Keras melebihi gemuruh gelombang
yang datang
Sejuta lumba-lumba mengawasi cemas
Risau camar membawa kabar
Tampomas terbakar
Risau camar memberi salam
Tampomas dua tenggelam

Asap kematian dan bau daging terbakar
Terus menggelepar dalam ingatan
Hati kurasa Bukan takdir
Karena aku yakin itu tidak mungkin

Korban ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korban ratusan jiwa
Demi peringatan manusia

Selain lantunan lagu dari Iwan Fals, untuk mengenang tragedi tersebut Ebit G Ade juga membuat sebuah lagu dengan judul “Sebuah Tragedi 1981”.
Berbeda dengan lagu ciptaan Iwan Fals yang berisi tentang nasib dari tenggelamnya Tampomas II, Ebit lebih mengisahkan terkait kisah heroik Kapten Abdul Rivai, seorang nakhoda pada tragedi Tampomas II.

Seorang nahkoda yang tidak mau turun karena melihat masih banyak penumpang yang belum terselamatkan. Ebit mengungkapkan jiwa kepahlawanan Abdul Rivai lewat bait-bait lagunya.

Berikut potongan dari lirik lagu ciptaan Ebit G Ade terhadap “Sebuah Tragedi 1981” yang akan selalu dikenang:

Dia nampak tegak beridri, gagah perkasa
Berteriak tegas dan lantang, ia nahkoda
Sebentar gelap hendak turun
Asap tebal rapat mengurung
Jeritan yang panjang, rintihan yang dalam
Derak yang terbakar, dia tak diam

Sekertaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut J.E Habibie pun menyampaikan dalam sebuah Koran dari Suara Karya bahwa Presiden Soeharto telah menetapkan Nahkoda Kapal Tampomas Kapten Abdul Rivai sebagai Pahlawan Nasional pada tragedi 1981 tersebut.

“Rivai telah mengangkat derajat pelaut Indonesia ketika semua orang mencibirkan terhadap profesi ini,” bunyi kutipan dari J.E Habibie yang ditulis Koran Suara Karya, 2 Februari 1981.

Dalam Koran tersebut, Habibie menambahkan, nahkoda kapal Tampomas II telah membuktikan tanggung jawabnya sebagai nahkoda. Ia bahkan tidak meninggalkan kapal saat tahu kapal itu akan tenggelam ke dasar laut.

Reporter : Irania Zulia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sambut Hari HAM Ius Humanum Gelar Talk Show soal “Perlindungan Terhadap Pekerja Non Konvensional : Pekerja Rumah Tangga”

Mata Indonesia, Yogyakarta - Dalam rangka menyambut peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) yang jatuh pada 10 Desember 2024, kali ini Ius Humanum menyelenggarakan Talkshow dan Diskusi Film dengan Tema, "Perlindungan terhadap Pekerja Non-Konvensional : Pekerja Rumah Tangga" yang bertempat di Pusat Pastoral Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (PPM DIY).
- Advertisement -

Baca berita yang ini