Ini Aturan Tidur Siang Biar Manfaatnya Maksimal

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Siapa yang tak suka tidur di siang hari? Pastinya semua orang menyukai aktivitas ini ya. Selain bisa mengistirahatkan badan, tidur siang juga punya manfaat lain untuk tubuhmu.

Namun, biar manfaatnya maksimal, ada aturan yang perlu kamu lakukan saat hendak tidur siang loh! Sebab, tidur siang di waktu yang salah atau terlalu lama malah bikin badan tidak enak dan manfaatnya tidak bisa didapatkan.

Dikutip dari Hello Sehat, tidur siang yang baik dan benar bisa memberikan berbagai manfaat untuk orang dewasa. Mulai dari mengurangi kelelahan, meningkatkan kewaspadaan, suasana hati, performa kerja, hingga relaksasi.

Tapi, jangan senang dulu. Tidur siang juga bisa berakibat buruk jika tidak dilakukan dengan benar atau terlalu lama. Dampak yang bisa kamu rasakan jika tidak melakukan aturan tidur siang ialah gangguan tidur malam (insomnia) hingga sleep insertia, yang mana kamu merasa uring-uringan dan linglung setelah bangun tidur siang.

Lantas, bagaimana aturan tidur siang yang baik?

Baiknya, kamu melakukan tidur siang saat tiba-tiba merasa ngantuk dan lelah ketika lagi melakukan aktivitas atau saat tidur malam kamu terganggu akibat kerja malam atau lembur.

Nah, waktu tidur siang yang tepat adalah tengah hari, atau sekitar jam 2-3 sore. Ini adalah waktu yang ideal karena kamu mungkin mengantuk setelah makan siang. Selain itu, tidur siang yang dilakukan pada jam ini cenderung tidak akan menganggu tidur di malam hari.

Gak cuma pemilihan waktu, tidur siang juga perlu diatur durasinya. Durasi atau lamanya tidur siang yang baik hanya dilakukan 10-30 menit. Sebab, semakin lama kamu tidur siang, semakin besar kemungkinan kamu merasa uring-uringan setelah bangun.

Jangan lupa, jika hendak tidur siang kamu juga perlu mempertimbangkan tempatnya. Biar manfaatnya maksimal, tidurlah di tempat yang tenang dan gelap. Usahakan juga jangan terlalu bising agar kualitas dan manfaat dari tidur siangmu bisa lebih maksimal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini