Ini Alasan Mengapa Tetap Positif saat Hadapi Masalah Bisa Jadi Toxic untuk Diri Sendiri

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Bersikap positif itu sangat penting, tetapi itu tidak jangan keseringan ya. Memang berpikir positif ketika menghadapi masalah akan bisa membantu kita. Namun, Kamu berhak untuk tidak baik-baik saja kok!

Hidup itu tidak terlepas dari kehilangan, rasa sakit, dan rasa bersalah yang harus kita hadapi. Terkadang berpikir positif malah bisa jadi toxic untuk diri sendiri.

Dilansir dari BrightSide, inilah alasan mengapa menjadi tetap positif tidak selalu menjadi solusi yang terbaik.

– Mengabaikan rasa sakit diri sendiri yang mungkin akan terus terjadi.

Menjadi positif dalam keadaan darurat dapat, dalam beberapa kasus, berbahaya bagi kita. Misalnya, orang-orang yang berada dalam hubungan yang melecehkan mungkin meremehkan beratnya pelecehan dan memilih untuk tetap berada dalam hubungan tersebut. Mereka akan menjadi terlalu optimis, memiliki harapan bahwa pelaku kekerasan akan berubah, sehingga memaafkan mereka untuk itu.

– Menyangkal perasaan yang sebenarnya.

Saat kita memaksakan diri untuk hanya melihat sisi baiknya, kita menekan emosi negatif, yang bisa membuatnya semakin kuat. Perasaan ini bisa meletus suatu hari nanti, terutama saat kita menghadapi tragedi. Kita bahkan bisa merasa malu atau bersalah karena memiliki perasaan yang sulit ini. Dengan tetap bersikap positif, kita cenderung tidak akan meminta bantuan karena menurut kita kita baik-baik saja dan tidak membutuhkannya.

– Tidak dapat tumbuh dalam menghadapi masalah.

Menjadi positif dapat membunuh kemampuan kita untuk menghadapi tantangan secara langsung. Dengan menghindari emosi negatif, kita bisa kehilangan informasi berharga. Katakanlah seorang wanita baru saja kehilangan seseorang yang penting baginya. Jika dia mengabaikan kesedihannya, dia mungkin masih menyangkal bahwa orang tersebut tidak akan pernah kembali dan mungkin tidak dapat menangani pengaturan pemakaman atau bahkan kehidupan setelah orang tersebut pergi.

– Optimisme saja tidak cukup.

Meski begitu, bersikap optimis itu tetap penting, tetapi itu bukan satu-satunya hal yang kita sadari saat menangani masalah. Kita seharusnya masih merasakan sakit, tetapi kita bisa membalik naskah dengan mengubah penderitaan kita menjadi mencapai sesuatu.

Rasa bersalah adalah emosi manusia normal yang tidak boleh kita hindari, tetapi melaluinya, kita dapat mengambil kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik. Saat dihadapkan pada kehilangan, kita seharusnya tetap merasakan kesedihan, tetapi kita bisa belajar dari perasaan ini dan menjalani hidup sepenuhnya.

– Memberi makna dan harapan untuk menangani masalah.

Terlepas dari apa yang dilemparkan kehidupan kepada kita, jika kita dapat menemukan makna di baliknya, kita dapat bergerak maju dan suatu hari menemukan kebahagiaan sejati dalam hidup. Harapan memungkinkan kita untuk menyeimbangkan hal-hal buruk yang sedang terjadi saat ini dengan kemungkinan bahwa kita dapat mengalami makna dari tragedi.

Bagaimana Kamu menangani suatu masalah? Apakah Kamu hanya berfokus pada yang baik atau yang buruk, atau apakah Kamu mempertimbangkan semuanya?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini