Ingin Melakukan Olahraga Ekstrem? Ketahui Dulu Risikonya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Penggemar olahraga ekstrem biasanya menyukai aktivitas yang memacu adrenalin. Tapi, ada baiknya mengetahui risiko-risiko yang bisa terjadi saat melakukan olahraga ekstrem.

Olahraga ekstrim adalah salah satu olahraga yang memiliki risiko besar cedera atau bahkan kematian. Meski demikian, perkembangan dunia olahraga ekstrem cukup pesat dan banyak yang menggemari jenis olahraga ini.

Meskipun adrenalin dapat bertahan selama beberapa menit, cedera serius dapat berlangsung seumur hidup. Misalnya, juara BMX Mat Hoffman telah menjalani 16 operasi besar dalam 16 tahun kariernya di motocross profesional. Cedera terparahnya terjadi pada 1993. Setelah melewati tanjakan setinggi 21 kaki, limpanya pecah saat mendarat. Pendarahan internal sangat parah sehingga dia diprediksi hanya bisa bertahan hidup selama 20 menit. Ajaibnya, dia selamat.

Peneliti West & Allin berkata, mereka yang terlibat dalam olahraga ekstrem berisiko tinggi membangun sudut pandang mereka bukan dengan berani atau mengambil risiko, tetapi dengan menunjukkan kompetensi mereka dalam cara mereka mengelola dan mengendalikan risiko.

Dr. Vani Sabesan, M.D, asisten professor di departemen bedah tulang di Western Michigan University School of Medicine dengan team, saat mempresentasikan di acara American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) di New Orleans, Amerika Serikat mengatakan, satu dari 10 cedera terjadi di bagian kepala atau leher. Skateboard dan Snowboarding merupakan salah satu olahraga ekstrem yang paling banyak mengakibatkan cedera di bagian kepala atau leher.

Mendorong batas limit adalah tujuan dalam hal olahraga ekstrem. Tetapi olahraga semacam ini sering kali memiliki lebih banyak risiko daripada olahraga normal. Cedera paling umum dalam olahraga ekstrem termasuk patah tulang, otot tegang, keseleo, robek, memar, patah tulang karena stres kronis, cedera kepala akut, dan banyak lagi.

“Jumlah cedera kepala dan leher memang lebih besar kemungkinan terjadi. Karena dengan olahraga ekstrem kita berurusan dengan risiko tingkat tinggi, kecepatan dan tenaga yang tidak selalu dapat dikontrol seperti beberapa olahraga tradisional,” ujar Presiden American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS), Frederick Azar.

Reporter: Tiara Sopyani

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Penanganan Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata Lambat, Arpi Kembali Gelar Aksi

Mata Indonesia, Sleman - Aliansi Rakyat Peduli Indonesia (ARPI) kembali menggelar aksi unjuk rasa di halaman Kejaksaan Negeri (Kejari) Sleman. Massa mendesak Kejari Sleman untuk segera menetapkan tersangka dalam kasus dugaan korupsi dana hibah pariwisata tahun 2020.
- Advertisement -

Baca berita yang ini