Identik Kurus, Ini Lho Alasan Pasien HIV/AIDS Susah Gemuk

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Jika ada orang di sekitarmu yang mengidap penyakit HIV/AIDS, biasanya kamu akan melihat kondisinya yang lebih kurus dan terlihat seperti sulit gemuk. Masalah tersebut memang umum dialami oleh pasien HIV/AIDS.

Menurut National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) penyebab utama yang membuat seorang pasien HIV/AIDS cenderung susah gemuk belum dapat dipastikan.

Mengutip dari Hello Sehat, dari segi perkembangan penyakitnya, infeksi HIV memiliki beragam cara untuk berkontribusi terhadap penurunan berat badan yang cepat. Terutama dari keberadaan virusnya itu yang melemahkan sistem imun.

Virus HIV/AIDS dapat menyumbang penurunan berat badan hingga 10 persen dari berat awal sebelum terinfeksi. Di sisi lain, efek samping pengobatan selama ini juga bisa berpengaruh pada perubahan nafsu makan.

Sementara itu, virus tersebut dapat menganggu kerja metabolisme sehingga menurunkan kemampuan tubuh untuk menyerap makanan. Ketika tidak mendapat cukup asupan makanan, tubuh menggunakan cadangan energi dari lemak dan protein dari otot.

Jika hal ini terjadi terus-menerus, pasien HIV/AIDS akan susah gemuk karena selalu kehilangan massa dan massa ototnya. Masalah berat badan tersebut sangat berisiko membuat penderita HIV dan AIDS kekurangan gizi terus menerus.

Meski begitu, tetap ada beberapa cara supaya agar pasien HIV/AIDS bisa tetap mendapatkan berat badan yang ideal. Mulai dari makan lebih sering dan banyak, konsumsi cemilan, rutin jalani pengobatan hingga berolahraga.

Konsumsilah makanan yang kaya nutrisi dan vitamin. Hal ini supaya tubuh pasien HIV/AIDS tetap sehat dan bugar, dan sistem kekebalan tubuh tetap terjaga.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

PKL Teras Malioboro 2: Suara Ketidakadilan di Tengah Penataan Kawasan

Mata Indonesia, Yogyakarta – Sejak relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Malioboro ke Teras Malioboro 2, berbagai persoalan serius mencuat ke permukaan. Kebijakan relokasi yang bertujuan memperindah Malioboro sebagai warisan budaya UNESCO justru meninggalkan jejak keresahan di kalangan pedagang. Lokasi baru yang dinilai kurang layak, fasilitas yang bermasalah, dan pendapatan yang merosot tajam menjadi potret suram perjuangan PKL di tengah upaya mempertahankan hidup.
- Advertisement -

Baca berita yang ini