MATA INDONESIA, JAKARTA – Penurunan populasi satwa liar yang terjadi di Kenya memaksa negara tersebut melakukan sensus satwa liar nasional pada 28 Mei 2021 lalu. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan jumlah populasi satwa liar. Bahkan, mengutip dari Africa Wildlife Foundation, populasi jerapah telah menurun sebanyak 40 persen selama tiga dekade terakhir.
Maka, sensus akan fokus juga pada penghitungan spesies langka seperti trenggling dan antelope Sable yang tersisa kurang dari seratus ekor di Kenya. Bahkan badak dan gajah juga akan dihitung secara berkala.
Ketua Kenya Wildlife Research Training Institute, Winnie Kiiru juga menanggapi serius tentang fenomena ini.
“Kita tahu ada celah besar. Kita mungkin tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi di Kenya Utara,” kata Winnie Kiru, dikutip dari Reuters.
Melalui upaya sensus, maka permasalahan yang terjadi di Kenya bisa dipetakan. Sensus dinilai mampu membantu untuk memahami ukuran populasi dan distribusinya. Tidak hanya itu, hal ini juga bisa mengarahkan menuju strategi konservasi jika ada identifikasi ancaman terhadap hewan yang rentan.
Melihat kondisi ini, pemerintahan Kenya cukup khawatir mengingat sebagian besar pendapatannya berasal dari kunjungan wisata alam. Tercatat, sektor pariwisata menyumbang 8,2 persen dari PDB Kenya pada 2019.
Adapun, sensus ini akan berlangsung hingga Juli 2021 dengan melibatkan penjaga hutan, peneliti dan anggota masyarakat untuk menghitung jumlah satwa baik dari darat maupun udara.