MINEWS, JAKARTA-Penyakit asma kadang sulit terdiagnosa secara langsung. Dan biasanya harus menggunakan Gas Chromatography (GC), itupun biayanya sangat mahal. Hal Itu yang membuat Dr Ir Hari Agus Sujono mengembangkan alat bernama Hidung Elektronik untuk mendeteksi asma lebih akurat dan dengan biaya terjangkau.
Menurut Hari, hingga saat ini pengembangan teknologi pemantauan medis dan metode diagnosa yang biasa digunakan masih didasarkan pada komposisi cairan pada manusia seperti darah dan urine.
“Meskipun cara tersebut memiliki akurasi yang sangat tinggi serta biaya yang terjangkau, namun memerlukan waktu yang lama dan berbahaya bagi pasien dan petugas,” katanya.
Kemudian metode diagnosa lain yang juga tengah berkembang yakni diagnosa udara pernapasan. Metode ini memanfaatkan sampel udara yang diambil dari pasien, yang kemudian dianalisis untuk mengetahui perubahan konsentrasi senyawa tertentu.
Diagnosa udara pernapasan membutuhkan Gas Chromatography (GC) untuk mendiskriminasi dan mengidentifikasi molekul-molekul yang ada dalam campuran gas. Namun sayangnya, biaya diagnosa dengan metode tersebut membutuhkan kocek yang terbilang besar, yakni mencapai puluhan juta rupiah.
Selain itu, proses pengambilan sampel dan pengujiannya juga terbilang rumit. Maka dari itu, diusulkan alternatif lain yang lebih murah dan bersifat portabel, yakni Hidung Elektronik.
“Dengan menggunakan deret sensor gas dan Support Vector Machine (SVM), sistem ini mampu bekerja dengan cepat dalam menirukan cara kerja manusia,” kata Hari dalam siaran pers melalui Humas ITS, Selasa 19 Februari 2019.
Menurut Hari, Hidung Elektronik yang ia kembangkan dalam penelitian ini menggunakan tujuh buah sensor gas tipe Metal Oxide Semiconductor (MOS). Seperti sensor Karbondioksida (CO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen (H2), NO, H2S, NH3 dan VOC.
“Setiap sensor digunakan untuk mendeteksi senyawa-senyawa di dalam udara pernapasan yang mengindikasikan adanya asma pada subjek,†katanya.
Hidung Elektronik beroperasi dalam tiga tahap untuk menghasilkan keseluruhan respon sensor dengan total 150 detik. Hasil tersebut lebih cepat daripada diagnosa menggunakan GC yang memerlukan waktu beberapa hari.