MATA INDONESIA, JAKARTA – Banyak cara dilakukan pria untuk membuat pasangannya orgasme, salah satunya dengan fingering. Tapi, teknik itu ternyata tak sepenuhnya aman.
Aktivitas seks ini dilakukan dengan memasukkan jari ke miss V atau vagina. Namun, amankah menggunakan metode ini sebelum atau saat seks?
Ada banyak penyakit yang bisa menular melalui hubungan seksual, seperti HIV atau gonore (kencing nanah). Penyakit tersebut menular ketika cairan tubuh atau darah orang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang yang sehat.
Nah, salah satu kegiatan seks yang berisiko rendah dengan penyakit menular seksual adalah fingering vagina atau memainkan jari di dalam vagina.
Dikutip dari Hello Sehat, Walaupun penyebaran infeksi jauh lebih rendah dan jarang terjadi, bukan berarti fingering vagina itu bebas dari risiko.
Beberapa risiko dan penyakit yang mungkin terjadi saat Anda memasukkan jari ke vagina adalah:
1. Iritasi vagina
Gesekan dan tekanan dari jari yang masuk ke vagina bisa menyebabkan iritasi. Jari yang masuk menyebabkan gesekan dan memberi tekanan pada vagina.
Jari yang masuk juga bisa menyalurkan bakteri lain pada vagina. Kondisi tersebut bisa membuat vagina terasa gatal, kemerahan, dan membengkak selama beberapa hari.
2. Luka dan pendarahan
Vagina memiliki kulit yang lebih tipis dibandingkan kulit pada tangan Anda. Saat jari masuk ke vagina, kuku jari bisa menggores kulit vagina. Kondisi ini tentu bisa menyebabkan Anda meringis karena perih.
3. HIV dan hepatitis B atau hepatitis C
Penyakit HIV, hepatitis B, atau hepatitis C bisa menular jika pasangan Anda yang terinfeksi dan memiliki luka pada jari yang dimasukkan ke dalam vagina.
Kebersihan tangan adalah kunci untuk mencegah risiko luka, iritasi, dan penyakit pada vagina. Jadi, pastikan pasangan Anda membersihkan tubuh dan mencuci tangannya sebelum melakukan seks.
Jika merasakan ketidaknyamanan saat pasangan melakukan fingering vagina, sebaiknya hentikan kegiatan tersebut.
Jika merasakan tanda-tanda iritasi kulit, seperti gatal dan kemerahan pada vagina yang tidak hilang lebih dari seminggu, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter.