MATA INDONESIA, JAKARTA – Media sosial facebook disebut menjadi alat spionase negara Cina dan Iran untuk mengawasi kelompok-kelompok yang dinilai mencurigakan. Hal ini dikemukakan oleh Mantan Manajer Produk Facebook, Frances Haugen dan sudah disampaikan kepada seorang senator AS.
Secara garis besar laporan yang disampaian yaitu tentang pemimpin otoriter atau pemimpin berbasis teroris yang menggunakan Facebook. Meski demikian, pihak Facebook mengakui bahwa mereka menyadari hal tersebut.
Adapun, Haugen juga menegaskan bahwa dirinya secara langsung mengawasi partisipasi Cina pada platform tersebut. Ia menilai negeri Tirai Bambu tengah mengawasi populasi Uyghur di seluruh dunia. Maka, Staf Keamanan Facebook menargetkan aktivis dan jurnalis Uyghur yang tinggal di luar negeri dengan akun Facebook palsu dan malware.
Tidak hanya itu, tim Haugen juga tengah mengamati aktivitas pemerintah Iran dalam melakukan spionase pada tokoh-tokoh negara lain.
“Partisipasi aktif, sebut saja, pemerintah Iran dalam melakukan spionase pada tokoh-tokoh negara lain. Hal ini benar-benar terjadi,” kata Haugen, dikutip dari CNN.
Hal ini terjadi karena ada tim penangkal spionase dan terorisme tidak memiliki banyak staf yang konsisten. Akibatnya, kekhawatiran kian muncul terlebih dengan adanya serangkaian aktivitas di Facebook berkaitan dengan peristiwa pembantaian di Myanmar dan Ethiopia.
“Ketakutan saya adalah jika kita diam saja, aktivitas memecah belah dan ekstremis yang kita lihat hari ini hanyalah permulaan. Apa yang kita lihat di Myanmar dan Ethiopia adalah pembukaan dari babak cerita yang mengerikan, yang tidak seorang pun yang mau melihat akhirnya,” kata Haugen.
Ironisnya, CBSnews juga memaparkan bahwa algoritma Facebook saat ini cenderung memecah belah masyarakat dan menyebabkan kekerasan etnis di seluruh dunia.