Duh Bandung Ternyata Kota Paling Macet di Indonesia

Baca Juga

MINEWS.ID, JAKARTA – Bukan Jakarta atau Surabaya yang selama ini disebut-sebut sebagai kota macet. Ternyata Bandung, kota sejuk yang berada di dataran tinggi di Jawa Barat.

Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) merilis kota-kota termacet di Asia. Ternyata kamacetan di Kota Bandung lebih parah dari Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar lain di Indonesia. Dalam rilis terbaru ADB, September 2019, Kota Bandung berada di peringkat ke-14. Dalam Update of the Asian Development Outlook edisi September 2019, Kota Bandung berada di posisi ke-14 dari 24 kota sampel dengan populasi lebih dari 5 juta penduduk.

Jakarta yang berada di posisi ke-17 dan Surabaya ke-20.

Menurut Pengamat Transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Soni S Wibowo, penurunan rangking yang dialami oleh Jakarta karena Pemerintah DKI konsisten membangun sistem angkutan umum. Padahal, Kota Bandung telah menjadi perhatian para pakar transportasi dunia untuk dijadikan sebagai prototipe penanganan sistem transportasi massal.

”Sayangnya, semua masukan dari pakar tersebut seolah hanya menjadi teori saja,” kata Soni dalam wawancara on air di Radio PRFM Bandung, beberapa waktu lalu.

Menurut Soni, rencana Pemerintah Kota Bandung untuk mendorong warganya menggunakan transportasi umum pun hanya sebatas wacana. Sejumlah program terkait mengubah kebiasaan warga agar menggunakan transportasi umum tak pernah dijalankan. “Kalau pun ada, hanya sebatas FGD dan seremonial saja. Tidak heran makin lama masyarakat Bandung makin tidak peduli dengan kotanya,” katanya.

Kemacetan ini juga berdampak pada polusi udara karena kendaraan bermotor. Polusi atau tingkat pencemaran udara di Kota Bandung juga meningkat tajam setiap akhir pekan. Peringkat Kota Bandung sebagai kota dengan polutan rendah pun merosot dari posisi 1 menjadi posisi 6. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat Anang Sudarna mengaku kualitas udara di Kota Bandung semakin buruk, terutama saat akhir pekan. ”Terjadi lonjakan jumlah kendaraan,” ujar Anang.

Ia mengatakan, pada tahun 2013, Kota Bandung mendapat rangking 1 sebagai Kota dengan polutan rendah. Namun pada tahun 2014, posisinya menurun menjadi peringkat ke-6.

Anang menyebut penambahan beban karbonmonoksida (CO) di akhir pekan dapat mencapai 2.500 Kg per hari. Bahkan kadar timbal dalam darah dari anak-anak telah mencapai 46 persen. Angka ini sudah melebihi standar World Health Organization (WHO) yakni 10 persen.

Selain karena lonjakan jumlah kendaraan di akhir pekan, polusi di Kota Bandung makin buruk akibat kondisi kepadatan lalu lintas. Kemacetan semakin sering terjadi akibat jumlah kendaraan semakin banyak sementara lebar dan panjang jalan sangat terbatas.

Fakta lain menyebutkan polusi semakin parah akibat topografi dan geografi Kota Bandung yang berupa cekungan. Kondisi tersebut membuat udara buruk sulit untuk dihempaskan angin.

Berita Terbaru

Respon Cepat Pemerintah Kunci Keberhasilan Hadapi Karhutla

Oleh: Ricky Rinaldi Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) merupakan salah satu bencana ekologis yang kerapmenjadi ancaman serius di Indonesia, terutama saat musim kemarau tiba. Namun, tahun 2025 ini, Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengendalikan karhutla berkat respon cepatdari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Keberhasilan ini bukan hanya hasil kebetulan, melainkan buah dari sinergi lintas sektor, kesiapsiagaan, serta kerja kolaboratif antara berbagaielemen seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, Manggala Agni, damkar, dan masyarakat. Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto, menyampaikan bahwa langkah cepat dan sigapmenjadi kunci utama dalam mengendalikan karhutla sebelum api meluas dan sulit dikendalikan. Ia menekankan pentingnya pemadaman sejak api masih kecil agar tidak berkembang menjadikebakaran besar. Ia juga mengingatkan semua pihak agar tetap waspada menghadapi musimkemarau dan tidak lengah dalam menjaga kesiapsiagaan. Sikap proaktif ini terbukti efektif, seperti yang terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Karhutla yang melanda kawasan perbukitan Harau berhasil dikendalikan meskipunmenghadapi medan geografis yang sulit, yakni bukit terjal berbatu. Hanya sekitar dua hektarelahan yang terbakar berkat kerja cepat tim gabungan. Hal serupa terjadi di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, di mana karhutla seluas 10 hektare berhasil ditangani tanpa meluas lebih jauh. Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran aktif pemerintah daerah dan tim tanggap darurat di lapangan. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,...
- Advertisement -

Baca berita yang ini