Bahayanya Penerbangan di Tengah Cuaca Ekstrem

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Pesawat terbang adalah transportasi paling aman. Sebelum sebuah pesawat penumpang mengudara, ada banyak tahapan yang harus dilaksanakan. Mulai dari pengecekan fisik pesawat hingga pemeriksaan kondisi kesehatan penerbang beserta awak kabin.

Meski terbang aman, tak lantas membuat setiap penumpang pesawat menjadi tenang dan tenteram selama mengangkasa. Apalagi jika terbang di musim hujan. Namun, pesawat terbang masa kini tentu tidak didesain tanpa memperhitungkan kondisi ekstrem.

Pesawat-pesawat modern telah dilengkapi begitu banyak perangkat keamanan untuk mendukung keselamatan penerbangan. Salah satu contohnya, radar cuaca yang bisa mendeteksi sel-sel badai di sepanjang rute penerbangan. Cakupan nya pun bisa mencapai ratusan kilometer dari titik awal penerbangan.

Penulis buku Believe It or Not Dunia Penerbangan Indonesia yang juga seorang penerbang, Chappy Hakim, menjelaskan tentang aktivitas pilot sebelum terbang. Salah satunya, membuatperencanaan penerbangan.

Biasanya, pilot akan mempelajari kondisi cuaca di sepanjang rute penerbangan hingga keadaan cuaca di bandara tujuan.

Data cuaca itu bisa bersumber dari pencitraan satelit yang dirilisoleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Setelah itu, pilot akan menyempurnakan perencanaan penerbangan kira-kira 30 menit sebelum terbang.

Ada kalanya kapten pilot memberi pengumuman tentang prakiraan cuaca selama penerbangan berlangsung. Baik cerah maupun berawan, serta ada tidaknya guncangan.

Sedangkan kondisi cuaca di bandara tujuan biasanya akan diumumkan di tengah penerbangan beserta jarak pandang dan suhu udara di darat.

Meski sudah dilengkapi teknologi sangat canggih dan ditunjang perencanaan penerbangan yang baik, bukan berarti penerbangan yang berlangsung menjadi bebas risiko. Sebab, cuaca bisa berubah begitu cepat.

Oleh sebab itu, di kokpit, para pilot terus memantau keadaan cuaca, baik mempelajari pencitraan radar maupun pengamatan visual. Selain itu, para pilot terus memantau kinerja teknis pesawat sambil rutin berkomunikasi dengan pengatur lalu lintasudara (ATC) di darat.

Chappy juga menyebutkan beberapa risiko kecelakaan penerbangan karena faktor cuaca. Selain akibat jarak pandang pilot yang terganggu hujan, kecelakaan bisa disebabkan tailwind (angin dari arah belakang yang membuat pesawat meluncur lebih cepat) yang biasa terjadi saat cuaca buruk.

Fenomena cuaca lain yang berbahaya bagi penerbangan adalah microburst. Microburst sering digambarkan sebagai angin yang mengempas ke bawah atau mendorong ke bawah (downdraft). Jika sudah terperangkap di medan microburst, pesawat sebesarapa pun bisa terbanting sampai jatuh.

Kecelakaan yang dialami pesawat Lockheed L-1011 Tristar milik maskapai Delta Airlines pada 2 Agustus 1985 di Bandara Internasional Dallas-Fort Worth, Texas, Amerika Serikat, bisa menjadi contoh betapa mengerikannya fenomena tersebut.

Reporter: Muhammad Raja A.P.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jelang Hari Buruh Sedunia, Polda DIY Serahkan Bantuan Sembako

Mata Indonesia, Yogyakarta – Memperingati Hari Buruh Sedunia, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H., menyerahkan bantuan sembako kepada Koperasi Konsumen Persatuan Buruh DIY di Gedung Pertemuan Bumi Putera Yogyakarta, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Selasa (30/4/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini