MATA INDONESIA, JAKARTA – Mari kita terima bahwa hampir semua dari kita pernah berbohong kepada anak. Ketika mereka gigih untuk pergi ke taman bermain atau ketika mereka menginginkan sesuatu yang kita anggap tidak baik, maka kita tidak ragu untuk berbohong.
Ini adalah salah satu cara termudah untuk menangani permintaan anak tanpa ada keributan. Tetapi para orang tua yang terkasih, jika Anda sering menggunakan kebohongan untuk mengatasi amukan anak Anda, maka Anda harus memikirkannya dengan matang karena hal itu mungkin berdampak mendalam pada masa kini dan masa depan buah hati Anda. Itulah yang disarankan oleh sebuah studi baru.
Mengapa kebohongan putih berbahaya?
Let’s say kebohongan untuk kebaikan ini sebagai kebohongan putih. Terlihat tidak berbahaya dan mungkin terasa tidak ada yang salah menggunakan strategi ini saat Anda terjebak dalam situasi yang sulit.
Namun, sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti di Singapura mengungkapkan bahwa kebohongan meski sedikit dan untuk kebaikan terhadap anak-anak dapat berdampak buruk.
Penjelasan Anda mungkin meyakinkan mereka untuk sementara waktu, tetapi berdampak negatif untuk jangka panjang si kecil. Mereka lebih cenderung berbohong ketika mereka dewasa dan bahkan mungkin mengalami kesulitan menghadapi tantangan psikologis dan sosial.
Apa yang disarankan penelitian
Melansir Times of India, dalam studi yang dilakukan pada 379 orang dewasa di Singapura, terungkap bahwa partisipan yang dibohongi saat masih anak-anak lebih cenderung menyembunyikan sesuatu dari orang tua mereka saat dewasa. Selain itu, mereka bahkan tumbuh menjadi lebih egois dan mengalami lebih banyak rasa bersalah dan malu. Mereka juga kesulitan menghadapi tantangan psikologis dan sosial.
Para peneliti menarik kesimpulan ini setelah melakukan studi mendetail di mana para partisipan diminta untuk mengisi empat kuesioner secara online. Yang pertama, mereka diminta untuk mengingat apakah orang tua mereka mengatakan kebohongan terkait makan, pergi atau tinggal, kenakalan anak-anak, dan pengeluaran uang ketika mereka masih kecil.
Kuesioner kedua meminta peserta untuk mengingat seberapa sering mereka berbohong kepada orang tua mereka sebagai orang dewasa terkait dengan masalah seperti aktivitas dan tindakan mereka atau melebih-lebihkan tentang suatu peristiwa.
Dalam dua kuesioner terakhir, partisipan harus mengisi dua kuesioner yang mengukur kesulitan psikososial yang mereka laporkan dan kecenderungan untuk berperilaku egois dan impulsif.
Hasil
Di akhir penelitian, disimpulkan bahwa orang tua yang berbohong kepada anak menempatkan anak mereka pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan sejumlah masalah perilaku seperti agresi, pelanggaran aturan, dan perilaku mengganggu.
Namun, ada beberapa batasan dalam penelitian ini, seperti hanya mengandalkan versi dewasa tentang pengalaman pribadi mereka tentang kebohongan orang tua. Diperlukan lebih banyak penelitian di mana masukan dari orang tua juga dapat dipertimbangkan.
Alternatif untuk berbohong kepada anak-anak Anda
Alih-alih berbohong kepada anak Anda, ketika terjebak dalam situasi yang sulit cobalah untuk menjelaskan situasinya dengan memberi mereka alasan yang sah. Ketika Anda mencoba menenangkan mereka dengan memberikan alasan yang sah daripada berbohong, itu akan membuat mereka lebih reseptif.
Anak-anak mungkin tidak selalu senang dengan balasan Anda dan mungkin sedikit protes, tetapi ini akan mengajari anak Anda kejujuran dan mereka akan mempraktikkannya bahkan ketika mereka tumbuh dewasa.