Awas, Ini Lho Efek Samping Gugurkan Kandungan

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Memiliki situasi kehamilan yang bermasalah seringkali dihadapkan pada pilihan aborsi. Aborsi disebut juga dengan aborsi.

Kini, tidak hanya mereka yang memiliki masalah kehamilan, namun banyak juga orang yang lebih memilih untuk menurunkan rahim dengan berbagai alasan. Salah satu alasan sering melakukan aborsi karena merasa belum siap untuk memiliki anak. Praktik ini sebenarnya cukup berisiko karena aborsi memiliki banyak bahaya.

Salah satu masalah yang paling berbahaya, yaitu kerusakan pada rahim. Bahaya aborsi bahkan bisa mengancam sulitnya hamil kembali, berurusan dengan itu tidak bisa menjadi lelucon. Seharusnya dengan dokter profesional, bukan dokter kandungan tradisional yang menggunakan peralatan seadanya.

Bahaya aborsi tetap menjadi risiko yang sangat besar. Jika tidak ditangani dengan benar, kemungkinan besar akan terjadi pendarahan dan trauma pada rahim. Bahkan, tidak menutup kemungkinan berujung pada kematian. Oleh karena itu, pahami bahayanya sebelum anda memutuskan untuk melakukan aborsi.

Bila dilakukan bukan oleh tenaga medis profesional, atau menggunakan metode yang tidak aman, atau di tempat dengan fasilitas terbatas, tindakan menggugurkan kandungan bisa menyebabkan bahaya bagi tubuh wanita. Yuk simak bahaya apa saja dalam menggugurkan kandungan:

  1. Komplikasi
    Sama seperti prosedur medis pada umumnya, aborsi juga memiliki risiko komplikasi, meskipun tergolong rendah. Aborsi mungkin hanya menimbulkan sedikit rasa sakit dan perdarahan bila dilakukan sedini mungkin dalam masa kehamilan. Namun, tidak menutup kemungkinan, beberapa komplikasi berikut bisa terjadi selama prosedur menggugurkan kandungan dilakukan:
    • Infeksi rahim (uterus).
    • Aborsi tidak tuntas, yaitu kegagalan mengeluarkan sebagian atau semua jaringan kehamilan dari rahim.
    • Perdarahan hebat.
    • Kerusakan pada rahim atau leher rahim (serviks).
  2. Masalah Kesuburan
    Sebenarnya, aborsi tidak memengaruhi peluang seorang wanita untuk hamil dan memiliki kehamilan normal di kemudian hari. Banyak wanita yang pernah menjalani aborsi bisa hamil segera setelahnya.

Namun, menggugurkan kandungan bisa membuat wanita berisiko mengembangkan infeksi rahim. Bila tidak segera ditangani, infeksi tersebut bisa menyebar ke saluran telur dan ovarium yang dikenal sebagai penyakit radang panggul. Penyakit tersebut bisa meningkatkan risiko kemandulan.

  1. Masalah pada Kehamilan Berikutnya
    Jika tidak segera diobati, penyakit radang panggul yang dapat diakibatkan oleh aborsi juga dapat menyebabkan kehamilan ektopik pada kehamilan berikutnya, ketika sel telur berimplantasi di luar rahim. Aborsi juga melemahkan serviks, meningkatkan risiko wanita melahirkan prematur.

Dua penelitian baru-baru ini diterbitkan menunjukkan bahwa aborsi medis meningkatkan risiko kelahiran prematur pada kehamilan berikutnya sebesar 25-27 persen. Setelah dua atau lebih aborsi, risiko seorang wanita melahirkan prematur meningkat menjadi 51-62 persen. Sebuah penelitian di Kanada tahun 2013 juga menemukan bahwa wanita yang melakukan aborsi dua kali lebih mungkin mengalami kelahiran prematur yang sangat dini.

Kelahiran prematur dapat membawa risiko kesehatan yang serius bagi bayi. Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu memiliki peluang yang jauh lebih rendah untuk bertahan hidup hingga dewasa. Jika mereka bertahan hidup, mereka berisiko mengalami kecacatan serius yang signifikan, termasuk cerebral palsy, cacat intelektual, gangguan perkembangan psikososial, dan autisme.

Reporter: Syifa Ayuni Qotrunnada

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini