Selain Afghanistan, Dua Negara ASEAN Ini Penghasil Opium Terbesar

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Afghanistan adalah produsen opium terbesar di dunia, menurut United Nation Office on Drug and Crime (UNODC).

Produksi opium di Afghanistan melampaui angka 6.000 ton untuk lima tahun berturut-turut, menurut sebuah laporan PBB. Suatu upaya perlu dilakukan untuk menghentikan negara yang dilanda perang itu agar tidak menjadi pusat perdagangan narkoba global.

Negara ini telah memproduksi 6.800 ton tahun 2021, dan ketidakpastian akibat pengambilalihan negara oleh Taliban telah mendorong kenaikan harga opium pada Agustus dan September. Output tumbuh sebesar 8 persen tahun ini dan insentif untuk budidaya telah meningkat karena harga mengalami kenaikan di tengah melonjaknya kemiskinan dan kerawanan pangan, menurut laporan tersebut.

Pada 2018, UNODC memperkirakan produksi opium berkontribusi hingga 11 persen dari perekonomian negara.

Afghanistan yang merupakan produsen opium terbesar di dunia telah menyumbang sekitar 87 persen dari produksi global, meskipun upaya senilai 9 miliar USD untuk mencegah produksi ilegal obat di negara itu telah dilakukan selama dua dekade oleh pihak Amerika Serikat (AS).

Tanaman poppy juga merupakan bagian terbesar dari kegiatan ilegal di negara yang mana perekonominya telah lama bergantung pada bantuan asing dan penjualan opium. Sebagai catatan, poppy adalah tanaman yang menghasilkan opium.

“Pendapatan dari opium di Afghanistan berjumlah sekitar 1,8- 2,7 miliar USD tahun 2021,” kata laporan itu. “Namun, jumlah yang jauh lebih besar diperoleh di sepanjang rantai pasokan obat-obatan terlarang di luar Afghanistan.”

Opium berasal dari getah polong biji opium yang belum matang. Getah mengering menjadi lateks coklat yang mengandung alkaloid yang menghasilkan sejumlah obat-obatan narkotika dan farmasi, termasuk heroin, metamfetamin, morfin dan kodein.

Selain Afganistan, produksi opium terbesar kedua ada di negara bagian Asia Tenggara, yakni Myanmar dan Laos. Opium produksi kedua negara ini meyumbang sebesar 25 persen dari produksi global.

Di Laos, daerah-daerah pertanian poppy sebagian besar terdapat di Provinsi Phongsali sebelah utara, luasanya kurang lebih sebesar 6.000 hektar.

Berdasarkan survey UNODC, 90 persen produksi opium di Asia Tenggara berpusat di Myanmar. Terutama di negara bagian Shan, Myanmar Utara. Berdasarkan survey tersebut, dikatakan bahwa jumlah opium yang diproduksi di Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir umumnya stabil.

Wakil UNODC untuk Asia Tenggara, Jeremy Douglas, menjelaskan hal itu terjadi dikarenakan persoalan ekonomi.

“Alasannya jelas-jelas karena ekonomi. Melalui survei sosial ekonomi kami mendapati dua hal.

Pertama, pertanian poppy merupakan sumber pendapatan yang lebih tinggi. Dan kedua karena persoalan kemiskinan. Keduanya merupakan alasan utama.

Karena miskin, mereka tidak mampu hidup secara layak dan menanggung keluarga. Dan karena itulah mereka menaman poppy untuk dijadikan opium,” kata Douglas.

Douglas juga mengatakan bahwa konflik yang terjadi selama beberapa tahun terakhir telah menyebabkan produksi opium menjadi dua kali lipat di beberapa daerah.

Meskipun pemerintah sudah berusaha untuk mengatasi masalah ini, kesulitan masih ada sebab instansi-instansi penting pemerintah yang mengawasi kebijakan obat-obatan terlarang di Myanmar masih dikuasai oleh militer yang kuat di negara itu

Reporter: Sheila Permatasari

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada 2024 Kulon Progo: Gerindra dan PPP Pilih Mesra Menangkan Pemilihan November Mendatang

Mata Indonesia, Kulon Progo - Dalam upaya memperkuat dukungan untuk bakal calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) November 2024, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerindra dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Kulonprogo sepakat untuk berkoalisi.
- Advertisement -

Baca berita yang ini