MATA INDONESIA, JAKARTA – Memberikan contoh dan teladan kepada anak tentang puasa bisa menjadi cara supaya anak bisa dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Mulai dari sahur, menyiapkan sajian untuk berbuka, dan ikut larut dalam kegembiraan berbuka puasa.
Menurut psikolog RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Dwi Susilawati MA, mengajak anak untuk ikut berpuasa itu cukup mudah karena sejatinya anak merupakan peniru yang handal. Maka, sebaiknya orang tua memberikan contoh sehingga anak pun akan mengikutinya dengan baik.
Orang tua dalam hal ini yaitu ayah dan ibu. Keduanya harus bersinergi dan bekerjsama untuk memberikan contoh yang baik.
“Ibu dan ayah haruslah konsisten, kompak. Jangan satunya memberi contoh, namun satunya tidak. Nanti anak akan bingung dan bisa memilih yang tidak melakukan puasa,” kata Dwi Susilawati.
Selain memberikan contoh, orang tua juga bisa mengajaknya berpuasa secara bertahap. Mengingat kemampuan kognitif dan ketahanan tubuh anak berbeda-beda tergantung usianya.
Misalnya, usia anak di bawah 7 tahun, bisa menggunakan reward untuk mengajak anak ikut andil dalam kegiatan puasa. Namun, jangan memaksa anak untuk mengikuti puasa seperti orang dewasa, yaitu selama kurang lebih 12 jam.
Di usia 7 tahun, kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir anak sudah lebih matang. Dalam rentang usia ini, nilai-nilai religi dan kesehatan bisa dikenalkan kepada anak.
Sementara itu, orang tua harus sabar bila mengajak anak untuk bangun saat sahur. Sebaiknya hindari paksaan karena anak justru semakin menolak dan lahirlah tantrum. Orang tua juga sebaiknya tidak memaksa dengan memberi hukuman karena cara itu dinilai tidak akan berhasil.
Maka, bila anak tantrum, cara yang bisa dilakukan adalah membangunkannya secara bertahap lima atau sepuluh menit sekali. Namun, bisa juga dengan mengajak anak untuk pindah tidur misalnya dari kasur ke meja makan. Upaya ini bisa membuat anak bergerak, dan terjaga serta fokus menyantap sahur.