MATA INDONESIA, JAKARTA – Minum segelas es teh setelah makan memang nikmat dan menyegarkan, namun hal tersebut dinilai memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh. Dokter sekaligus ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen menegaskan bahwa sebenarnya kurang tepat jika menyebut minum teh setelah makan berbahaya bagi tubuh.
“Bukan bahaya lah. Zat besi dalam lauk bisa terhambat diserap tubuh,” kata Tan.
Kandungan asam oksalat yang ada dalam teh dinilai sebagai anti-nutrien. Asam oksalat adalah suatu senyawa yang umumnya berada di tumbuh-tumbuhan.
“Bagi yang makan, anti-nutrien bisa menghambat penyerapan zat gizi atau beberapa mineral (zat besi, seng, magnesium, kalsium),” kata Tan.
Tan menjelaskan bahwa, asam oksalat pada tumbuhan bisa dihilangkan dengan proses pemasakan. Seperti misalnya kacang-kacangan difermentasi, dimasak menjadi bubut kajang ijo, direndam dan lainnya.
Namun, hal ini tidak berlaku bagi teh karena disajikan dengan cara diseduh, bukan dimasak terlebih dahulu. Hal inilah yang menyebabkan asam oksalat di dalam teh masih ada. Maka, jika teh diminum setelah makan, bisa menghambat penyerapan zat gizi dari makanan yang baru dikonsumsi.
Ada beberapa cara untuk menyiasatinya, seperti yang tertera dalam sebuah penelitian The Journal of Nutritional Biochemstry. Intinya, kandungan asam tannin dan polifenol dalam teh bisa mengganggu penyerapan protein dan zat besi. Maka, tidak dianjurkan minum teh saat atau tidak lama setelah makan.
Penyerapan gizi yang tidak maksimal bisa membuat tubuh tidak memiliki cukup asupan protein dan zat besi. Padahal keduanya memiliki kegunaan untuk membentuk jaringan dan sel-sel tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh, menyediakan sumber energi, hingga menghasilkan darah kaya oksigen.
Para peneliti menganjurkan jeda waktu antara makan dengan minum teh, sebaiknya setengah jam atau satu jam setelah makan besar. Selain itu, disarankan juga untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi, seperti daging, ikan, dan ungags saat makan bersama dengan minum teh.