MATA INDONESIA, GLASGOW – Berbagai cara dilakukan oleh negara-negara untuk meraih keuntungan dengan menjual obyek wisata. Salah satunya adalah menjual kunjungan ke tanah leluhur. Itulah yang dilakukan Pemerintah Skotlandia.
Mereka sadar, bagi sebagian besar warga Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru berkunjung ke Skotlandia adalah mengunjungi tanah leluhur. Skotlandia-Irlandia adalah moyang dari jutaan warga di Amerika, Australia, Selandia baru yang beragama Protestan Ulster. Mereka berimigrasi dari utara Irlandia dan menyebar ke seluruh dunia pada abad 18 dan 19.
Hal ini yang dibidik Pemerintah Skotlandia. Selama pandemi Covid-19 ini, pemerintah Skotlandia menyambut keturunan dengan senang karena kunjungan tersebut bisa menjadi sumber pemasukan bagi mereka.
Berdasarkan data Pemerintah Skotlandia, saat ini ada sekitar 50 juta orang di dunia yang punya leluhur di Skotlandia. Itu artinya, potensi untuk mengembangkan pasar pariwisata sangatlah besar. Pada tahun 2016 saja, jumlah pengunjung dari luar negeri ke Skotlandia naik 6 persen dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Walau hanya beberapa persen, pemerintah Skotlandia berhasil meraup keuntungan sebanyak £542 juta atau Rp 8,9 triliun.
Lonjakan kunjungan ke Skotlandia di tahun itu dipicu oleh serial drama televisi Outlander yang sebagian besar menceritakan tragedi saat perang Skotlandia. Adapun kedatangan mereka biasanya untuk melihat catatan gereja yang mengungkapkan apakah orang orang itu keturunan petani atau nelayan.
Berbeda halnya dengan pengunjung lainnya, para wisatawan nenek moyang biasanya akan tinggal lebih lama di Skotlandia sehingga memberi pemasukan lebih ke tempat penginapan maupun restoran setempat. Selain mengunjungi tempat silsilah keluarga, mereka juga menyempatkan waktu pergi ke rute rute wisata yang ada di Skotlandia. Maka tak heran jika badan resmi pariwisata VisitScotland selalu memberi masukan tentang bagaimana berjalan jalan menelusuri negara nenek moyang mereka.
Ada satu cerita menarik dari seorang mantan perawat yang memutuskan untuk pindah ke Kanada saat anaknya berusia tiga tahun. Ia mengaku terkesima ketika melihat kondisi Skotlandia saat ini. Hal itu diutarakan Christine Woodcock, pemilik dari Genealogy Tour of Scotland. ”Begitu menginjakkan kaki di tanah Skotlandia, rasanya seperti pulang ke rumah. Para turis itu merasa sangat memiliki wilayah ini. Saya bayangkan ini mirip dengan anak angkat yang tidak pernah kenal orang tuanya,” kata Christine Woodcock.
Lalu, bagaimana awal mula orang orang Skotlandia bisa menyebar ke negara negara lain? Tepatnya pada abad ke 17 dan 19, dimana penduduk asli Skotlandia pergi untuk bertualang karena masalah ekonomi, sehingga menciptakan keturunan di negara negara lain. Selain itu, ada pula yang dipindahkan ke benua Australia dan Amerika dengan menggunakan kapal para penjahat.
Salah satu gelombang besarnya terjadi saat Highland Clearances pada abad ke 18 dan 19. Saat itu para petani lokal diusir paksa dari tanah mereka. Alhasil, keluarga Skotlandia tinggal di berbagai tempat didunia dan meneruskan keturunan.
Christine Woodcock mengatakan bahwa pemerintah Skotlandia dan usaha tour wisata kini berbondong bondong untuk menawarkan penelusuran ke negara tersebut. “Saya katakan kepada semua orang, nenek moyang anda menunggu di rak, anda hanya perlu datang dan menemukan mereka,” kata Christine Woodcock.
VisitScotland pun juga melakukan hal yang serupa, Noelle Campbell mengatakan bahwa saat ini mereka mengusulkan jadwal kunjungan ke istana, medan perang dan tempat tempat lainnya. “Suatu pengalaman menarik dapat menyentuh dinding tempat tinggal asal muasal atau mengunjungi tanah yang didiami nenek moyang mereka berabad abad lalu,”kata Noelle Campbell. Dan benar saja, upaya itu berhasil, terlebih pemerintah menyediakan iringan musik drum dan tontonan olaharaga yang menarik perhatian para pengunjung.
Akan tetapi, meski berkunjung ke Skotlandia dapat menjadi pengalaman yang membuka wawasan dan menyentuh perasaan, faktanya tidak semua orang menemukan apa yang mereka cari. Kondisi itu dikatakan langsung oleh Christine Woodcock. ”Seorang wanita sangat yakin bahwa dirinya adalah keturunan Mary, Queen of Scots, tetapi ketika dia tiba di sini dirinya tidak menemukan hubungan apa pun,” kata Christine Woodcock.
Reporter : R Al Redho Radja S