Tradisi Unik Desa Para Pemakan Tawon di Jepang

Baca Juga

MATA INDONESIA, KYOTO – Salah satu pedesaan di Prefektur Gifu Jepang memiliki tradisi yang sangat unik dan langka. Setiap setahun sekali tepatnya di bulan November, masyarakat mengadakan festival tawon yang diberi nama Kushihara Hebo Matsuri. Adapun rangkaian acaranya yaitu memiliki sebuah lomba sarang tawon terberat. Bagi mereka yang memiliki sarang terberat, maka akan mendapat piala beserta penghargaan.

Selain mengikuti kompetisi, mereka juga menyempatkan waktu untuk menjual sarang tersebut. Satu kilogram rumah tawon itu seharga 9.000 yen atau sekitar Rp 1,3 juta. Banyak orang yang tertarik untuk membelinya, terlebih bagian dalamnya dihiasi oleh mosaik indah dan penuh dengan larva.

Namun ada satu hal lagi yang tak kalah unik. Penduduk desa tersebut sering mengonsumsi hebo (nama lokal untuk dua spesies tawon hitam). Sayang, seiring jalannya waktu hanya orang tua saja yang masih mengonsumsi serangga itu. Profesor Studi Budaya Interdispliner dari Universitas Rikkyo Tokyo Kenichi Nonaka mengatakan bahwa masyarakat disana  mengonsumsi tawon hanya sekadar untuk pelengkap makanan.

Balik lagi bicara soal festival tawon, tepatnya pada tahun 2010. Pihak penyelenggara berniat untuk menyetop tradisi itu. Namun, rencana itu gagal karena ada beberapa anak muda yang ingin meneruskannya. Hal itu dibenarkan oleh seorang anak muda yang merupakan penjaga hutan, Daisuke Miyake. “Selama masih ada satu orang yang mencintai hebo, kita akan terus menjaga tradisi ini,”kata Daisuke Miyake.

Meski jumlah peserta sangat sedikit, mereka tetap menghargai tradisi yang sudah berjalan sejak dahulu. Alhasil, festival itu kembali diminati seperti sekarang ini. Hebatnya lagi, banyak pengunjung yang datang untuk menonton festival tersebut. Diketahui, sebagian dari mereka merupakan wisatawan asing. Tentu saja, hal itu menjadi peluang besar bagi ekonomi penduduk setempat.

Yang menjadi kekhawatiran adalah apakah generasi muda selanjutnya mau meneruskan tradisi tersebut. Hal itu melihat banyaknya dari mereka yang enggan untuk merawat tawon. Terlebih, anak anak muda yang meneruskan festival ini pada tahun 2010 sudah sibuk dengan pekerjaanya. Melihat kondisi tersebut, kepala komite eksekutif festival yang bernama Fumitaka Ando akan blusukan mencari anak anak muda.

Reporter : R Al Redho Radja S

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini