MATA INDONESIA, LONDON – Sebelum Anda mengeluh dengan kesulitan hidup yang dialami saat ini kiranya Anda harus lebih bersyukur tak dilahirkan pada tahun 536 M.
Tahun 536 M adalah tahun terburuk bagi setiap makhluk hidup di bumi khususnya bagi mereka yang berada di utara dunia.
Bagaimana tidak selama 18 bulan setiap hari siang dan malam kabut misterius menutupi Eropa, Timur Tengah dan sebagian Asia sehingga membuat bagian wilayah tersebut seperti dunia dalam kegelapan.
Perubahan suhu juga sangat ekstrem di musim panas turun 1,5 Celcius menjadi 2,5 C dan secara aneh salju turun pada musim panas di Cina. Hal itu menyebabkan sebagian besar petani mengalami gagal panen dan menyebabkan banyak orang kelaparan.
Kegelapan dunia itu menjadi teka-teki. Namun para peneliti di Harvard University Initiative for the Science of the Human Past menemukan penjelasannya. Setelah melakukan analisa sangat rinci terhadap es dari gletser Swiss.
Berdasarkan es dari musim semi tahun 536, dua partikel mikroskopik kaca vulkanik ditemukan. Benda ini mengisyaratkan sebuah letusan vulkanik dahsyat di Islandia atau kemungkinan di Amerika Utara yang menyemburkan asap di belahan utara bumi dan menyebabkan awan hitam tersebut tertiup angin ke seluruh utara dunia dan terjadilah kegelapan.
Mereka meyakini awan vulkanik tersebut dibawa angin ke Eropa dan kemudian Asia, disamping cuaca dingin. Selain itu terdapat dua letusan besar gunung vulkanik lainnya yang terjadi pada tahun 540 dan 547. Hal itulah yang membuat beberapa wilayah di bumi gelap karena langit tertutup asap kabut yang besar.
Tahun 640 merupakan awal yang baik. Udara hangat pun membuat es di kawasan Utara bumi mulai mencair. Para peneliti melihat kenaikan tingkat timah udara yang membeku ke gletser – mengisyaratkan munculnya penambangan perak.
Kyle Harper, ahli sejarah abad pertengahan dan Romawi di The University of Oklahoma, Norman, Amerika Serikat mengatakan catatan rinci bencana alam dan polusi manusia yang membeku di zaman es memberikan catatan bahwa ini semua akibat ulah manusia dan alam.
Reporter : Ananda Nuraini