MATA INDONESIA, CANNES – Sutradara Amerika Serikat (AS) Oliver Stone mengungkapkan sebuah fakta mengejutkan. Stone mengatakan bahwa Presiden AS ke-35, John F Kennedy terbunuh oleh CIA.
Hal tersebut lantaran Kennedy menentang militer AS. Fakta itu kemudian Stone abadikan dalam sebuah film dokumenter dan tayang di Festival Film Cannes, Prancis.
Film dokumenter Stone yang berjudul “JFK Revisited: Through the Looking Glass”, mengumpulkan bukti dalam tiga dekade sejak film klasiknya “JFK” –memicu kehebohan karena kontroversial.
Stone mengatakan, pembunuhan Kennedy karena mengejar kebijakan anti-penjajahan dan berupaya keras mengakhiri Perang Dingin – kebijakannya ini menentang keinginan militer dan badan intelijen AS.
Pembunuhan Kennedy, kata Stone, merupakan alat untuk memperingatkan warga AS. Terutama untuk para presiden yang menggantikan posisi Kennedy sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam untuk tidak melewati batas. Pembunuhan yang terjadi pada 22 November 1963 itu sekaligus membuktikan ada kekuatan besar yang terlibat.
“Kami tahu bahwa bukti asli yang diberikan Komisi Warren kepada kami – peluru, lintasan, senapan, otopsi – adalah penipuan,” kata Stone, melansir France24.
“Motifnya adalah perubahan. Kennedy mengubah banyak hal. Sejak Kennedy, tidak ada presiden AS yang berani membuat langkah ini. AS sekarang memiliki sektor militer yang menghabiskan 50 persen anggaran. Ini keterlaluan. Kami tidak bisa menyentuhnya. Kita tidak bisa menyentuh militer atau badan intelijen,” tutur Stone.
Bagi Stone, Kennedy adalah Presiden AS terakhir yang benar-benar berjuang untuk perdamaian dunia. Sejak kematiannya, seketika kondisi AS berubah.
“(Bill) Clinton, (Barack) Obama, mereka tampaknya memulai dengan niat ini tetapi mereka tidak pernah menyelesaikannya,” Stone menegaskan.
Stone juga mengungkapkan fakta bahwa pemodal AS menolak untuk mendukung film dokumenter barunya. Alhasil, Stone pun harus mencari pendanaan di Eropa –seperti yang lakukannya ketika membuat film “Snowden” yang launching tahun 2016 tentang seorang whistleblower bernama Edward Snowden.
“Sangat menyedihkan bahwa kita harus pergi ke Inggris untuk mendapatkan uang untuk menceritakan kisah ini yang secara intrinsik Amerika,” kata produser film dokumenter, Robert Wilson.
“Dalam ‘JFK Revisited’, Oliver Stone membawa kita melalui kaca yang melihat, oke, tapi pertanyaan sebenarnya adalah apakah dia menemukan kebenaran atau kebohongan yang lebih spektakuler,” sambungnya.
The Hollywood Reporter mengatakan Stone telah menyusun paket teknis yang bagus tetapi khawatir dia tidak memiliki kredibilitas.
“Lagipula, ini bukan sutradara yang dikenal karena pendekatannya yang seimbang dan bernuansa terhadap masalah geopolitik,” tulisnya.
“Adakah yang bisa menganggapnya serius lagi setelah bromance dokumenter antara Castro dan Putin?” sambungnya.