Strategi Taliban Kuasai Afghanistan

Baca Juga

MATA INDONESIA, KABUL – Hanya dalam hitungan tahun, kelompok milisi Taliban menguasai kembali Afghanistan. Padahal, kelompok ini dijungkalkan kekuasaanya pada 2001 melalui serangan dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Pasukan AS dan sekutunya di NATO serta para mitra koalisinya berhasil menumbangkan kekuasan Taliban pada November 2001. Kelompok itu melindungi Osama bin Laden dan sejumlah pimpinan al-Qaida lainnya yang terkait dengan rangkaian serangan teror di AS pada 11 September 2001.

Butuh waktu 20 tahun secara bertahap Taliban menguasai banyak wilayah di Afghanistan. Mereka juga merebut ibu kota Afghanistan, Kabul dan melakukan kudeta menyingkirkan pemerintahan yang sah.

Salah satu keuntungan Taliban bisa dengan cepat menguasai Afghanistan selama dua bulan terakhir ini adalah wabah Pandemi Covid-19 yang menguasai dunia dan penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dan sekutu-sekutu mereka.

Taliban langsung melakukan serangan-serangan ke pemerintah Afghanistan dan merebut wilayah-wilayahnya dengan cepat dan terukur.

Sejak Amerika Serikat dan NATO memutuskan mundur dari Afghanistan, Taliban telah menancapkan posisi kuatnya di Afghanistan, termasuk di kawasan utara, timur laut dan bagian tengah seperti Provinsi Ghazni dan Maidan Wardak. Mereka juga kian dekat dengan kota-kota besar seperti Kunduz, Herat, Kandahar, dan Lashkar Gah.

Walau ada kehadiran pasukan internasional selama bertahun-tahun di negara itu, dengan kucuran uang miliaran dolar untuk mendukung dan melatih pasukan Afghanistan, tetap saja tidak bisa menghancurkan Taliban, yang berhasil memobilisasi lagi kekuatan mereka dan kian kuat di wilayah-wilayah terpencil. Wilayah pengaruh mereka berada di sebelah selatan dan barat daya – seperti di Provinsi Helmand, Kandahar, Uruzgan, dan Zabul.

Mereka pun menancapkan pengaruh kuat di wilayah Bukit Faryab di barat laut dan wilayah Pegunungan Badakhshan di timur laut.  Kajian BBC pada 2017 menunjukkan bahwa Taliban telah berkuasa penuh di sejumlah distrik.

Namun penelitian itu juga menunjukkan bahwa mereka sudah aktif pula di banyak wilayah lain Afghanistan, melancarkan serangan tiap minggu di beberapa wilayah, sehingga kekuatan mereka kian besar dari perkiraan sebelumnya.

Sekitar 15 juta orang – setengah dari total populasi penduduk Afghanistan – dilaporkan tinggal di wilayah-wilayah baik yang sudah dikendalikan oleh Taliban atau kehadiran mereka sudah terlihat di sana dan melancarkan serangan secara rutin kepada pasukan pemerintah.

Pengungsian

PBB menuding Taliban dan elemen anti-pemerintah lainnya bertanggung jawab atas sebagian besar kematian atas 1.600 warga sipil. Kontak senjata Taliban dengan pasukan pemerintah juga telah memaksa banyak warga mengungsi, sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal sejak awal tahun ini.

Badan PBB urusan Pengungsi (UNHCR) mengatakan gelombang baru pengungsi di penjuru Provinsi Badakhshan, Kunduz, Balkh, Baghlan dan Takhar terjadi sejak Taliban menguasai banyak wilayah di kawasan-kawasan itu.

Banyak orang yang mengungsi dari desa mereka dan ada yang masih mencari tempat tinggal baru untuk sekian lama.

Pemerintah Amerika Serikat mengakui bahwa mereka salah perhitungan sehingga Taliban dapat dengan cepat merebut Kabul. ”Faktanya adalah kita melihat bahwa pasukan (pemerintah Afghanistan) itu tak mampu membela negara. Dan itu terjadi lebih cepat dari yang kami perkirakan,” ujar Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.

Padahal awalnya Presiden AS, Joe Biden, dan pejabat senior di pemerintahannya yakin Taliban butuh lebih banyak waktu untuk menguasai Afghanistan. Namun ternyata, hanya dalam waktu 10 hari setelah Taliban menaklukkan kota strategis Afghanistan, mereka berhasil menduduki Kabul. Terhitung sejak penarikan pasukan pada Mei lalu, kelompok itu hanya butuh waktu dua bulan untuk mengambil alih Afghanistan.

Strategi

Pengambilalihan kekuasaan Afghanistan yang cepat oleh Taliban merupakan hasil dari kekuatan perang mereka dan tekanan berkelanjutan untuk memaksa lawan menyerah.

Taliban menyerukan ancaman sekaligus iming-iming dengan propaganda dan perang psikologis saat mereka merebut kota demi kota.  Bahkan nyaris tanpa tembakan.

Bagaimana ini terjadi? Penyebab pasukan pemerintah kalah saat AS memulai penarikan terakhir mereka pada Mei. AS yakin militer Afghanistan akan melakukan perlawanan yang kuat terhadap Taliban. Dengan lebih dari 300.000 personel dan peralatan bernilai miliaran dolar yang lebih canggih daripada persenjataan Taliban, pasukan Afghanistan sangat tangguh di atas kertas. Pada kenyataannya, mereka hancur oleh korupsi, kepemimpinan yang buruk, kurangnya pelatihan, dan moral yang anjlok selama bertahun-tahun.

Desersi merupakan hal biasa dan inspektur pemerintah AS telah lama memperingatkan bahwa kekuatan itu tidak dapat dipertahankan.

Reporter : Firda Padila

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Produksi Sampah di Jogja masih Didominasi Bahan Organik, DLH Jogja Minta Masyarakat Terapkan Biopori

Mata Indonesia, Yogyakarta - Ketua Tim Penanganan Sampah, DLH Kota Jogja, Mareta Hexa Sevana, menyoroti dominasi sampah organik dalam produksi sampah di wilayahnya yang mencapai lebih dari 50 persen. Mareta menekankan pentingnya perhatian terhadap masalah ini, terutama dari rumah tangga di Kota Yogyakarta.
- Advertisement -

Baca berita yang ini