MATA INDONESIA, JAKARTA – Sikh adalah agama yang berkembang di abad ke-16 hingga abad ke-17 di India. Agama ini kerap kali dianggap sebagai perpaduan agama Islam dan Hindu, namun ternyata tidaklah demikian.
Mulanya, agama ini muncul di Punjab, India Utara pada tahun 1469. Agama Sikh memiliki keyakinan terhadap keesaan Tuhan dan percaya bahwa Tuhan ada pada setiap ciptaannya, termasuk dalam diri manusia.
Keyakinan tersebut serupa dengan hadis agama Islam yang menjadi landasan kelompok tasawuf, yakni “barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal Tuhannya”. Mereka mempercayai Tuhan hanya satu, namun Tuhan memiliki berbagai nama.
Terdapat 10 orang nabi yang julukannya adalah Guru. Guru pertama adalah Guru Nanak Dev dan Guru terakhir adalah Guru Gobind Singh.
Prem Singh, selaku pemuka agama Sikh, mengatakan bahwa agama Sikh memang memiliki beberapa nilai dan ritual yang terinspirasi dari agama Hindu dan Islam, bukan berasal dari sebuah perpaduan. Agama ini hadir karena adanya degradasi moral yang terjadi di India.
Kala itu banyak pemuka agama yang melakukan penyelewengan dan pemimpin yang tidak menjalankan amanat. Mereka dengan sengaja menyalahgunakan jabatan dan kepercayaan yang mereka emban untuk memperkaya diri sendiri, oleh karenanya masyarakat India merasa sangat tertindas, menderita, banyak terjadi ketidaksetaraan gender, dan penggolongan kasta.
Di saat-saat seperti itu, agama Sikh muncul sebagai agama yang mengutamakan kesetaraan derajat, berbeda dengan agama Hindu yang membedakan sistem kasta manusia berdasarkan keturunan. Hal inilah yang membuat sebagian masyarakat India beralih ke agama Sikh.
Saat ini sudah banyak negara-negara yang masyarakatnya menganut agama Sikh meskipun hanya sebagian kecil, salah satunya Indonesia. Di Indonesia, agama Sikh masuk di abad ke-19 melalui tiga jalur utama, yakni jalur perdagangan yang mayoritas masuk melalui Tanjung Priok. Jalur imigran yang masuk dari Tanjung Priok dan pelabuhan di Sumatera. Serta jalur peperangan saat itu bersama pasukan Inggris.
Penganut agama Sikh di Indonesia tersebar di wilayah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Pekanbaru, Bengkulu, Batam. Namun mayoritas ada di Sumatera Utara.
Di wilayah Sumatera, penganut Sikh bermukim sejak tahun 1898 dan sebagian besar dari mereka datang langsung dari India. Di Medan, pada tahun 1911 mereka mendirikan sebuah tempat ibadah bernama Gurdwara, yang arsitekturnya serupa dengan masjib karena memiliki kubah.
Sementara, penganut Sikh di Jakarta dulunya adalah orang-orang yang berasal dari negara Melayu yang berkembang dari Tanjung Priok. Di tahun 1925 barulah mereka mendirikan Gurdwara.
Setiap minggunya, penganut Sikh melakukan ibadah berupa nyanyian dan doa bersama. Mereka juga melakukan ibadah harian sebanyak tiga kali, yakni di waktu subuh saat bangun tidur, saat terbenamnya matahari, dan sebelum tidur.
Prem mengungkapkan, agama Sikh ajarannya tidak bersifat memaksa. Ajaran Sikhisme menekankan manusia agar menjadi pemeluk agama yang baik dan benar. Jika memang manusia tersebut beragama muslim, maka jadilah muslim yang baik, pahami agama sebaik mungkin, dan hindari permusuhan antar agama
Ciri khas dari penganut agama Sikh adalah selalu mengenakan turban. Kain untuk menutupi kepala. Turban ini juga menjadi identitas penting bagi mereka. Saking pentingnya, Prem berharap agar pemerintah Indonesia memberi keringanan untuk meniadakan larangan bagi penganut agama Sikh untuk menggunakan turban, sekali pun saat ketika hendak mengurus urusan administrasi.
Reporter: Intan Nadhira Safitri