Profil Naftali Bennett, Calon PM Israel yang Benci Pada Palestina

Baca Juga

MATA INDONESIA , JAKARTA – Perdamaian di Timur Tengah sepertinya hanya mimpi. Sosok kuat calon Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett ternyata orang yang tidak suka dengan kehadiran Palestina.

Bennett digadang-gadang bakal menjadi perdana menteri baru yang akan mengakhiri kepemimpinan Benjamin Netanyahu setelah 12 tahun menjabat.

Kepemimpinan Netanyahu tengah berada di ujung tanduk setelah koalisi partainya, Likud, gagal membentuk kabinet pemerintahan meski meraup mayoritas suara dalam pemilu Maret lalu.

Pesaing utama Netanyahu, Yair Lapid dan partainya Yesh Atid, telah diberi mandat oleh Presiden Reuven Rivlin untuk membentuk pemerintahan baru hingga tenggat waktu Rabu 3 Juni 2021.

Bennett pun menerima tawaran berkoalisi dengan Yair Lapid. Dengan menerima tawaran ini, Bennet mengeser posisi  Benjamin Netanyahu dari kekuasaanya selama 12 tahun.

Bennett merupakan politikus nasionalis garis keras. Selain terjun di dunia politik, ia juga merupakan miliarder di bidang teknologi. Dia bercita-cita mengokupasi sebagian wilayah di Tepi Barat.

Dengan alasan keamanan, Bennett menganggap pembentukan negara Palestina sama saja bunuh diri bagi Israel.

Tahun lalu, saat Pemerintahan Netanyahu terus berusaha menganeksasi Tepi Barat, Bennett yang kala itu menteri pertahanan mengatakan usaha itu tak boleh dihentikan.

Sebagai pendukung liberalisasi ekonomi, Bennett menyuarakan dukungan untuk memotong birokrasi dan pajak pemerintah.

Tak seperti beberapa mantan sekutunya, Bennett juga dinilai liberal dalam isu-isu seperti hak gay, hubungan antara agama dan negara, di negara yang mayoritas masih terpengaruh paham Ortodoks.

Naftali Bennett berusia 49 tahun, lebih muda Benjamin Netanyahu.

Imigran asal Amerika itu memiliki hubungan panjang dan rumit dengan Netanyahu. Sekitar tahun 2006 dan 2008, ia menjabat asisten senior pemimpin oposisi saat itu.  Di tahun 2013, Bennett merevolusi politik nasional. Saat itu, ia menjabat sebagai menteri pertahanan, serta menteri pendidikan dan menteri ekonomi di era Netanyahu. Dalam menjalankan tugasnya, ia mengubah partai pro pemukim.

Naftali Bennett menjadikan aneksasi bagian-bagian wilayah yang direbut Israel dalam perang tahun 1967, sebagai fitur utama dari platform politiknya.

Di dunia politik, Bennett memang terkenal sangat ultra-nasionalis bahkan saking cintanya terhadap Israel dia mengatakan bahwa “Tidak pernah ada negara Palestina”

Sikap Ultra Nasionalisme yang ia miliki itu tercermin dari semua pernyataan yang ia lontarkan. Ia selalu bersemangat dalam membela bangsa Yahudi dari semua klaim sejarah dan keagamaan Yahudi terhadap Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan Suriah serta wilayah-wilayah yang diduduki Israel sejak Perang Timur Tengah 1967.

Naftali Bennett juga berpandangan keras terhadap kelompok Hamas di Palestina, Dia menuding bahwa kelompok Hamaslah yang membunuh puluhan warga Palestina yang tewas akibat serangan udara Israel guna merespons tembakan roket dari Gaza saat pertikaian pada Mei 2021.

Selain gencar dalam memperkuat pertahanan Israel dalam pembelaanya Ia kerap melontarkan slogan-slogan yang menyatakan rasa bangga sebagai orang yahudi serta kemandirian bangsa Israel.

Reporter : Ananda Nuraini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pemimpin Terpilih Pilkada 2024 Diharapkan Menyatukan Aspirasi Semua Pihak

Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengatakan bahwa pemimpin daerah yang terpilih dalam Pilkada Serentak 2024 harus mampu menyatukan seluruh...
- Advertisement -

Baca berita yang ini