MATA INDONESIA, JAKARTA – 24 September 1991, Kurt Cobain (gitar, vokal), Krist Novoselic (Bass) dan Dave Grohl merilis album Nevermind. Siapa yang menyangka, album ini berhasil membelalakkan mata dunia.
Nevermind, membuat Nirvana menjadi salah satu band terbesar di dunia.
Album ini memang tak hanya mencuri perhatian di saat perilisan. Sampai detik ini pun, album ini seolah tak terlupakan.
Album itu sangat berbeda dengan musik hair metal yang saat itu merajai musik rock di era 90 an. Kurt Kobain tidak seganteng Jon Bon Jovi. Dentuman bass Krist Novoselic tidak sebulat Billy Sheehannya Mr Big. Hanya Dave Grohl yang mendapat pujian. Permainan drumnya menghentak dan mengelegar.
Tak heran, album Nevermind ini awalnya tak mendapat perhatian dari publik. Album ini tidak berisi solo gitar atau vokal melengking. Suara Cobain yang serak dan hanya berteriak juga kurang merdu. Cara bernyanyi Kobain seperti orang yang baru tersedak. Media menyebut musik mereka dengan sebutan grunge.
Tak ada yang menyangka, Nevermind bisa terjual 24 juta kopi di seluruh dunia. Dan tak hanya itu. Musik Rock yang di tahun 90 an identik dengan baju kulit, wajah cantik dan suara melengking tiba-tiba saja tersingkir oleh gerombolan musik baru dari kota Seatle, Washington DC. Ada Mother Love Bones, Pearl Jam, Soundgarden, Alice in Chains, dan Stone Temple Pilot.
Kekalahan Heavy Metal dan Hair Metal
Jika glam rock berjaya di era 70-an, musisi hair metal melanjutkan estafet kepopuleran di era 80-an. Ada banyak band yang lahir di era ini. Hanoi Rock, Motley Crue, Bon Jovi, Quiet Riot, Skid Row, White Lion, KIX, Cinderella, L.A Guns, Tora Tora, Poison, hingga yang terbesar di antara semuanya: Guns N Roses.
Banyak album band hair metal terjual jutaan kopi. Appetite for Destruction, album perdana milik Guns N Roses, terjual sekitar 20 juta keping. Album Slippery When Wet milik Bon Jovi terjual sekitar 12 juta keping. Begitu pula Hysteria dari band asal Inggris, Def Leppard. Album penting lainnya adalah Dr. Feelgood milik Motley Crue, Metal Health dari Quiet Riot, dan 5150 milik Van Halen yang terjual sekitar 6 juta.
Di saat seperti itu, Nirvana muncul. Sebelum Nevermind rilis, mereka bermain di banyak sekali konser kecil. Di Seattle, yang berjarak sekitar 1.000 kilometer dari episentrum hair metal di Los Angeles, geliat musik alternatif muncul. Band-band alternatif memainkan musik yang jauh sekali dari patron hair metal. Para Seattle rocker itu menertawakan musik hair metal yang mereka sebut sebagai “…badut dan sapi perahan industri.” Para musisi Seattle menggalang kekuatan sendiri, menarik fans yang juga sudah bosan dengan musik arus utama, dan tentu saja membetot perhatian para petinggi label rekaman.
Pada 24 September 1991, akhirnya album yang mengubah dunia itu rilis. Dunia musik pun berubah.
Legenda
Nevermind menjadi album legendaris. Cover album ini juga unik. Seorang bayi sedang berenang mengejar uang.
Cobain awalnya tidak yakin dengan album Nevermind. Proses rekamannya juga kurang enak. Keributan antar personel terutama antara Cobain dengan Dave Ghrol. Sebagai motor dan leader, Kurt Cobain sangat mendominasi pembuatan album ini. Cobain sangat terpengaruh dengan gaya popnya band Pixies. Baik dalam segi suara dan liriknya.
Ia juga tak punya busana yang pas saat tampil di panggung. Cenderung cuek, kasar, brutal dan terkadang memalukan.
Ternyata, konsep ini yang memporak porandakan musik rock.
Semua cerita album ini berawal dari Butch Vig. Ia seorang produser yang melihat talenta Nirvana sejak awal. Vig mendorong Nirvana merilis album Bleach yang ternyata kurang sukses di pasaran. Meski label rekaman Geffen menyodorkan kontrak dengan Nirvana saat petingginya mendengar Kurt Cobain dan kedua kawannya itu tampil di atas panggung.
Pilihan Geffen tak salah. Proses rekaman album Nevermind ini hanya berlangsung enam kali rekaman. Ketiga personel Nirvana menetap untuk latihan di sebuah kompleks apartemen. Butch Vig mengaku, kamar ketiga personel ini bau dan sangat berantakan.
Mereka juga berisik—sangat, sangat berisik. Berbagai instrumen yang dimainkan sangat keras sampai Vig bertanya-tanya, ”Suara Kurt bakal terdengar nggak ya?”
Butch Vig pun turun tangan menjadi mixer untuk album ini. Ia pun menyewa mixer yang cukup mahal Andy Wallace. Dan hasilnya bagus serta jernih.
Wallace bisa mengisi berbagai kekosongan dalam rekaman, memperbaiki kualitas mic. Dan membuat lagu yang hasilnya enak terdengar.
Walau begitu, Cobain mengakui dia tidak pernah mendengarkan Nevermind sama sekali. Menurutnya, album tersebut tidak sesuai keinginannya. Kalau saja album itu nggak laku keras, mungkin dia nggak memusingkan hal ini.
Namun, tetap saja, terlepas dari pendapat Cobain, album ini disukai orang. Musik, vokal, gitar, dan berbagai elemennya berhasil menarik perhatian. Gaya band Nirvana sempat dipertanyakan, apakah mereka grunge, atau alternative rock, atau bahkan punk rock dengan album ini.
Yang pasti, album ini sebuah sukses untuk Nirvana. Penjualannya melewati kesuksesan album ‘Use Your Illusion’ milik Guns N’Roses.
Tentu saja, reaksi yang didapat nggak cuma komentar bagus saja. Banyak kaum macho yang mengkritik mereka, tapi Kurt Cobain dengan mudah tidak mempedulikan hal tersebut.
Ia cukup menyatakan bahwa ia nggak suka orang-orang yang kasar dan komentar dari mereka nggak berpengaruh.
Sebagai band anti-macho, rasanya Kurt Cobain menguasai gayanya sendiri. Tidak ada yang lebih paham tentang gaya ini selain dirinya sendiri. Sebagaimana pernyataannya: ia tidak bisa bermain musik seperti orang lain, tapi orang lain juga tidak bisa bermusik seperti dirinya.
Gaya bermain gitar Kurt dikuasai oleh dirinya sendiri. Dengan modal satu lagu AC/DC yang ia pernah pelajari, sisanya ia kembangkan sesuai kemauannya. Album Nirvana punya berbagai bagian solo untuk gitar di dalamnya.
Permainannya mungkin agak beda dari gitaris band rock lain. Mungkin tidak serumit Guns N’ Roses. Tapi musik Nirvana bisa dipelajari sendiri dan dimainkan dengan relatif mudah bagi pendengarnya.
Penulis: Deandra Alika Hefandia