MATA INDONESIA, JAKARTA-Direktur Utama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Lies Dina Liastuti mengatakan jumlah penderita alzheimer bakal bertambah dan tembus di angka 2,6 juta jiwa pada 2040.
Menurutnya populasi yang saat ini berada di usia produktif, pada 2040 akan menjadi lansia dan diperkirakan bakal mengalami demensia, jika tidak dilakukan penanganan sejak dini.
“Dari yang tadi dikatakan 1,3 juta (penderita demensia) akan meningkat dua kali lipat pada 2040. Kita-kita mungkin akan ada disana,” ujarnya dalam seminar Hari Alzheimer di Universitas Atmajaya Jakarta, Sabtu 24 September 2022.
Sebab itu, RSCM melakukan berbagai langkah salah satunya seperti menyediakan layanan terpadu bagi lansia, untuk menghindari pertambahan penderita demensia.
Layanan terpadu ini dikatakan tidak hanya untuk mendeteksi dan menangani pengidap demensia saja, tapi juga permasalahan lainnya. Misalnya soal gizi, tulang dan sebagainya yang biasanya menjadi keluhan penyandang alzheimer.
“Itu lah kenapa kami membuat layanan terpadu, bukan untuk alzheimernya saja tapi juga penyakit lain. Dokter-dokter yang ada di RSCM kita kumpulkan semua. Jadi layanan terpadu untuk gizi dan sebagainya, salah satunya demensia,” jelasnya.
Selain itu, dalam pengobatan penderita demensia, RSCM akan melakukan pelatihan khusus bagi pendamping pasien. Hal ini bertujuan agar saat pasien kembali ke rumah masih bisa diberikan penanganan yang baik.
“Pengobatan untuk demensia tidak mudah, karena perilaku mereka bagi orang-orang tak biasa. Makanya kita lakukan pelatihan dengan dengan perawatnya. Jadi, saat pasien pulang kita nggak lepaskan begitu saja. Kita ajari pendampingnya dan kita kasih tahu kapan lagi balik ke RS,” katanya
Menurutnya peralatan di RSCM untuk penderita demensia sangat mencukupi. Tak hanya itu, tenaga kerja untuk penanganan juga mumpuni.
“Peralatan yang kami miliki tersedia. RSCM juga punya 680 dokter tetap di 167 divisi. Dokter kita banyak sekali, dan saya rasa nggak ada dokter sebanyak kami di rumah sakit lain. Jadi kami sangat siap (dalam penanganan alzheimer),” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama dokter Rumah Sakit Jiwa Radjiman Wediodiningrat Lawang dr. Yuniar menyebutkan kondisi di wilayahnya terhadap penanganan alzheimer begitu memprihatinkan. Sebab, tak ada satupun dokter yang bekerja di puskesmas paham soal demensia.
“Di 2008 kami survei, ternyata tidak ada dokter di puskesmas Malang yang paham soal demensia,” kata dia.
Hal ini lah yang dinilai membuat banyak penderita alzheimer tak mendapatkan perawatan, karena kurangnya deteksi dini dari tenaga kesehatan di daerah masing-masing.
“Di Indonesia ada sekitar 1,2 juta orang dengan demensia, tapi yang datang ke fasilitas kesehatan hanya 20 persen saja. Ini saya yakin banyak di Jawa,” katanya.