MATA INDONESIA, LONDON – Nenek moyang mamalia sudah ada sejak ratusan juta tahun yang lalu. Keberadaannya ditemukan berupa fosil pada tahun 1936 di Brasil.
Sekitar 335 juta tahun yang lalu Bumi yang bernama Pangea sudah terbentuk. Di dalamnya belum memiliki banyak benua seperti masa sekarang. Sering berjalannya waktu, Pangea mulai terpisah sehingga membentuk 2 benua dan benua-benua lain hingga sekarang.
Keberadaan Pangea berpenghuni berbagai spesies. Salah satunya hewan. Hewan yang tinggal di Pangea berjenis pemakan tumbuhan atau herbivora bernama Traversodontidae. Mahluk ini adalah nenek moyang mamalia pemakan tumbuhan pertama di dunia.
Traversodontidae pertama kali muncul di Trias tengah sekitar 247 juta tahun yang lalu. Punah pada masa Jurassic Awal di Trias akhir atau sekitar 201 juta tahun yang lalu.
Sejatinya, Traversodontidae memiliki banyak spesies terutama dari sebelah selatan Pangea. Gondwana seperti Afrika dan Amerika Selatan. Baru-baru ini peneliti menemukan fosil Traversodontidae di Eropa dan Amerika Utara bagian timur. Namun, penemuan fosil pertama Traversodontidae oleh Friedrich von Huene pada tahun 1936 di Sao Pedro do Sul, Paleorrota, Brasil.
Meski pemakan tumbuhan, hewan Traversodontidae memiliki gigi taring. Gigi taring ini jarakanya berdekatan bahkan saling bersentuhan. Gigi taring pada traversodontidae berfungsi sebagai alat utama untuk mengidentifikasi dan membedakan spesies traversodont lain.
Hewan ini termasuk hewan vertebrata atau memiliki tulang punggung, namun di spesies traversodont baru seperti Exaeretodon, tulang belakang menghilang. Tengkoraknya juga lebih pendek serta bagian mulutnya lebih kecil karena terhimpit oleh gigi taring yang besar.
Kebanyakan traversodont adalah cynodont yang relatif besar. Di masa Trias Akhir bentuk traversodont berada di Eropa, yakni Maubeugia, sedangkan ukuran traversodont yang paling kecil ialah Habayia.
Kedua traversodont itu hidup selama tahap Rhaetian dari Trias terbaru, ketika Eropa Barat menjadi kepulauan saat permukaan laut naik. Traversodont di kepulauan tersebut memiliki bentuk lebih kecil atau kerdil yang diakibatkan dwarfisme pulau.
Penulis : Rama Kresna Pryawan