Makan Ayam Pucat di Warung Makan Pop Bukittinggi

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ayam pucat atau kalau ke restoran Padang lazim menyebutnya ayam pop.

Rasa kuliner khas ini lebih lezat. Banyak pecinta kuliner yang mengatakan kalau kuliner tersebut memiliki cita rasa yang gurih.

Ayam Pop ini sebenarnya hampir mirip dengan kuliner yang terbuat dari bahan baku ayam. Cuma pengolahannya saja yang beda. Ada inovasi  yang membuat ayam ini lebih nikmat.

Pengolahannya menggunakan santan. Kalau di Jawa biasanya sebutannya ungkep ayam. Olahan daging ayam dengan memanfaatkan santan kelapa agar lebih nikmat dan empuk.

Nah, ayam pucat ini beda. Setelah ungkepan tidak lantas langsung mendapat bumbu. Ada tahap lain yang membuat kuliner ini beda dari yang lainnya. Olahan daging ayam ini digoreng. Waktunya tak boleh lama.  Waktu yang dibutuhkan hanya beberapa menit. Tujuannya adalah daging yang digoreng tidaklah gelap. Daging ayam menjadi kering, tapi penampilannya masih cukup menarik sehingga sangat menggugah selera.

Mengenai cara penyajiannya, kuliner khas ini biasanya akan nikmat jika ada sambal. Nah, sambal pun harus berwarna jingga karena dominan dengan tomat dan bawang merah.

Ayam Pop ini pertama kali diperkenalkan di Bukittinggi. Tepatnya di sebuah restoran/rumah makan yang ada di sekitar benteng Fort De Kock. Ini merupakan benteng peninggalan hindia Belanda. Rumah makan tersebut telah berdiri di tahun 1963.

Rumah makan sederhana tersebut menyajikan berbagai jenis menu. Salah satunya adalah ayam goreng yang pengolahannya berbeda dari pada biasanya. Rebusan Ayam dengan santan, kemudian di goreng meski tidak sampai garing.

Lalu, kenapa namanya ayam pop? Hal ini lantaran rumah makan tersebut sering memainkan musik/nyanyian bergenre pop. Ini merupakan jenis musik paling populer di masa itu.

Untuk memudahkan pelanggan menghafal jenis makanan tersebut, makan sebutannya kuliner ayam pop. Ini merujuk pada menu yang tersaji di warung makan di depan gerbang fort de Kock tersebut.

Sampai saat inipun, nama dari kuliner tersebut masih bertahan. Ini menunjukkan keunikan menu. Dan memang banyak pelanggan yang tertarik untuk mencobanya dan kemudian ketagihan.

Reporter: Fadila Aliah Hakim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Caplok Sultan Ground, PT KAI Digugat Rp1000, Pengamat: Harus Tunduk Aturan Keistimewaan Yogyakarta

YOGYAKARTA - Kasultanan Yogyakarta mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Yogyakarta, terkait kepemilikan tanah yang diklaim sebagai aset PT KAI. Kuasa...
- Advertisement -

Baca berita yang ini