Lagi Hits di Netflix, The Sandman: Sulitnya Menerjemahkan Komik Karya Neil Garmen

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Seru. Serial terbaru Netflix ini menjadi bahan pembicaraan para penggemar komik. Apalagi komik grafis setebal 3000 halaman ini sepertinya sulit saat akan difilmkan. The Sandman, karya Neil Gaiman yang terbit sejak 1989 an.

Kenapa sulit? karena ceritanya menarik dan sepertinya akan kesulitan jika menjadi sebuah film. Terlalu banyak visual yang aneh-aneh.

Maklum, penulisnya adalah Neil Gaiman. Ia sosok yang sangat berpengaruh di dunia dark fantasy dan sastra fiksi ilmiah. Banyak menghasilkan banyak karya laris selama kariernya sebagai penulis novel dan komik. Beberapa novelnya yang paling terkenal adalah The Graveyard Book, Good Omens, dan The Ocean at the End of the Lane.

Namun dari semua karyanya yang paling terkenal adalah The Sandman, sebuah serial komik terbitan DC Comics.

Tak heran, Neil Gaiman ingin mengangkat komik ini menjadi film. Ia pun terbang ke kantor Warner Bros di Los Angeles. Saat pertemuan dengan petinggi Warner, Garmen mendapat pertanyaan sederhana. ”Apakah ceritanya ada karakter jahat yang sangat jelas.”

Gaiman mengelengkan kepala. Petinggi Warner pun dengan halus menolak usulan Gaiman.

Namun Garmen tak mau menyerah. Ia kemudian berfikir untuk menawarkannya kepada Netflix. Apalagi dunia dark fantasy Gaiman memiliki pesona dan kedalaman yang membuat pembaca bisa terperangkap di dalamnya. Karya Gaiman ini layak untuk diangkat menjadi karya visual. Cuma masalahnya film layar lebar atau serial televisi.

Ia kemudian mengambil jalan tengah. Gaiman tak mau karyanya jadi konsumsi anak-anak. Ia ingin menciptakan dunia gelap dalam film atau serialnya ini.

Netflix yang mendapat tawaran dari Warner Bros dan DC pun tertarik untuk ikut membiayai film ini. Ini pun dengan catatan harus serial tv namun pendekatan film layar lebar.

Setelah semuanya setuju barulah mencari naskah yang pas untuk mengubah komik ini menjadi sebuah tayangan serial televisi. Sejumlah penulis naskah mencoba menawarkan diri untuk ikut proyek ini. Termasuk penulis naskah Film Shrek. Gaiman menyeleksi sendiri terhadap naskah-naskah yang masuk. Barulah ia bertemu dengan penulis naskah Avary yang bisa menerjemahkan komik ini menjadi sebuah tayangan serial televisi.

Proses produksi pun berjalan. Warner menunjuk Gaiman sebagai produser. Mereka minta Gaiman untuk tidak jor-joran menghabiskan uang untuk serial ini. Termasuk juga honor para bintang yang akan membintangi serial ini. Beruntung Gaiman menemukan Tom Sturridge yang punya tulang pipi yang keren dan akting yang bagus.

Tak Ada Narasi

Layaknya sebuah serial, biasanya di awal adegan ada narasi pembuka untuk memperkenalkan karakter dan tokoh-tokohnya. Sutradara Mike Barker yang langganan membuat serial-serial fantasy dan dongeng-dongeng sengaja membuat film ini mengalir seperti air.

“Kami sangat ingin karakter-karakter ini berinteraksi satu sama lain. Kami ingin Anda untuk bisa jatuh hati dan berinvestasi kepada mereka sebelum kegelapan yang akan datang. Jadi, Neil memberikan kami izin untuk menuliskan bagaimana kami akan menceritakan kisah ini dengan imajinasi kami sendiri,” ujar Mike Barker.

Selain Tom Sturridge, serial ini juga dibintangi Boyd Holbrook, Vivienne Acheampong, Patton Oswalt.

Neil Gaiman yang menjadi produser puas dengan hasil karya Mike Barker termasuk permainan akting para bintangnya.  Ia sangat lega karena karyanya diurusi oleh orang-orang yang tepat. Dia bilang, “rasanya seperti melepas anak ke sekolah.”

Nah, bagaimana memahami serial ini? berikut panduan untuk menyaksikannya.

The Endless

Pertama, mari kita berkenalan dengan para Endless. Endless adalah sekumpulan makhluk bentuk perwujudan dari ide dan konsep abstrak di dalam kehidupan. Mahluk ini  ditakdirkan untuk memenuhi tujuan mereka. The Endless adalah anak-anak dari sebuah entitas kosmik malam. Mereka ini menganggap semuanya sebagai keluarga. Meski mereka sendiri terkadang tidak akur dan saling berantem. The Endless terdiri dari tujuh anggota; Destiny, Death, Dream, Destruction, Desire, Despair, dan Delirium.

Dream

Tokoh utama cerita ini adalah Dream, atau Morpheus atau Sandman. Ia adalah salah satu anggota The Endless dan tokoh utama dalam The Sandman. Dream adalah perwujudan dari mimpi, kisah, dan semua yang tidak nyata. Dream adalah entitas abadi. Ia memiliki kekuatan dan kesaktian tak terbatas. Serta memiliki kendali penuh atas alam “The Dreaming”.

The Dreaming

Ini adalah alam milik Dream. The Dreaming adalah tempat ke mana makhluk hidup pergi saat mereka tidur. Di tempat ini pula seluruh cerita yang tertulis sampai yang tidak tertulis terkumpul dalam sebuah perpustakaan. Kalau kalian pernah memikirkan sebuah kisah namun tidak sempat menuliskannya, tenang saja karena di perpustakaan The Dreaming, kisahmu sudah tertulis! The Dreaming memiliki dua gerbang. Satu terbuat dari tanduk, dan satu terbuat dari gading. Keduanya dari tulang dewa-dewa kuno yang pernah bertarung dengan Dream ribuan tahun yang lalu

Hell dan Lucifer

The Dreaming hanyalah satu dari banyaknya alam atau dimensi di The Sandman. Hell atau Neraka adalah sebuah alam milik Lucifer Morningstar. Neil Gaiman menciptakan tokoh Lucifer dengan konsep ‘malaikat yang jatuh’. Dulunya ia adalah pelayan Tuhan yang taat, namun terusir dari surga karena ketamakannya. Fakta menariknya, tokoh Lucifer dalam serial televisi Lucifer berdasarkan Lucifer versi Neil Gaiman dalam komik The Sandman.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Nasib Guru Honorer Status R3, GMKI Kupang Temui Komisi I DPRD NTT

Minews.id, Kupang - Kebijakan terkait PPPK paruh waktu bagi kalangan guru honorer status R3 di wilayah NTT masih berpolemik....
- Advertisement -

Baca berita yang ini