Oleh: Amalia Anjani )*
Indonesia semakin menunjukkan ketangguhannya dalam sektor pangan dengan mengurangi ketergantungan pada impor. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berhasil meraih capaian signifikan dalam mewujudkan swasembada pangan dan air, yang mendapat apresiasi luas dari berbagai pihak. Langkah-langkah konkret yang diambil telah memperlihatkan hasil nyata, memperkuat ketahanan pangan nasional serta menghemat devisa negara dalam jumlah besar.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) menegaskan dukungannya terhadap kebijakan swasembada pangan. Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan bahwa pencapaian ini mencakup empat komoditas utama, yakni beras, gula, garam, dan jagung. Dengan mengurangi ketergantungan pada impor, Indonesia dapat menghemat devisa hingga 5,2 miliar dolar AS. Dana yang sebelumnya digunakan untuk impor kini dapat dialokasikan ke sektor lain yang mendukung ketahanan pangan, seperti penyediaan pupuk dan sarana produksi pertanian.
Langkah pemerintah dalam meningkatkan produksi dalam negeri juga memberikan dampak luas terhadap kesejahteraan petani dan nelayan. Selain menciptakan lapangan kerja baru, kebijakan ini mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasar luar negeri dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Tren impor gula dan garam yang terus menurun dalam lima tahun terakhir menjadi bukti bahwa kebijakan ini sudah berada di jalur yang tepat.
Dalam mendukung pencapaian target swasembada pangan pada 2027, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah semakin diperkuat. Salah satu upaya strategis dilakukan melalui koordinasi pangan antara pemerintah pusat dan Provinsi Jawa Timur, yang memiliki keunggulan dalam sektor pertanian. Berbagai komoditas di Jawa Timur telah menunjukkan potensi swasembada, termasuk minyak kelapa sawit, ikan olahan, gula, susu, bawang merah, kedelai, jagung, dan daging ayam. Keberhasilan daerah ini menjadi contoh bahwa target swasembada nasional dapat tercapai dengan strategi yang tepat.
Selain peningkatan produksi, pemerintah juga mengoptimalkan sistem penyimpanan hasil pertanian melalui program Sistem Resi Gudang (SRG). Sejumlah gudang telah disiapkan untuk memastikan stok pangan tetap terjaga dan dapat didistribusikan secara merata ke seluruh wilayah. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi distribusi dan mencegah fluktuasi harga pangan yang merugikan petani maupun konsumen.
Keberhasilan swasembada pangan juga tercermin dalam produksi beras nasional yang meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Subagyo, mengapresiasi langkah nyata pemerintah dalam meningkatkan hasil panen beras. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi beras pada kuartal pertama tahun ini menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir, dengan capaian 13,95 juta ton. Hal ini menegaskan bahwa Indonesia semakin mampu bertahan dari krisis pangan global, sementara negara lain masih menghadapi tantangan besar dalam produksi beras mereka.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, turut menyampaikan bahwa potensi produksi beras pada kuartal pertama 2025 akan menjadi yang tertinggi dalam sejarah produksi nasional dalam tujuh tahun terakhir. Produksi padi diperkirakan mencapai 24,22 juta ton gabah kering giling (GKG), meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, luas panen padi juga mengalami lonjakan sebesar 26,42 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang menunjukkan keberhasilan strategi peningkatan produktivitas pertanian yang diterapkan pemerintah.
Keberhasilan ini bukan sekadar capaian jangka pendek, tetapi merupakan bagian dari strategi besar dalam memastikan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani dalam jangka panjang. Pemerintah terus mendorong optimalisasi lahan pertanian, memperkuat sistem irigasi, serta mengembangkan teknologi pertanian untuk meningkatkan efisiensi produksi. Diversifikasi pangan juga menjadi perhatian utama, dengan mendorong perluasan lahan tanam jagung dan penguatan produksi padi di lahan kering.
Dari sisi ekonomi, keberhasilan swasembada pangan memberikan manfaat luar biasa bagi negara. Selain menghemat devisa, peningkatan produksi dalam negeri turut memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Indonesia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri, tetapi juga memiliki peluang besar untuk mengekspor komoditas unggulan ke pasar global. Keunggulan ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang semakin mandiri dalam sektor pangan, sekaligus membuka peluang baru bagi petani dan pelaku usaha di sektor pertanian.
Sementara itu, pemerintah juga berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur pertanian guna memastikan produksi yang berkelanjutan. Pembangunan irigasi dan embung diperluas untuk menjamin ketersediaan air bagi pertanian. Investasi dalam riset dan pengembangan juga menjadi perhatian utama, dengan harapan mampu menghasilkan inovasi dalam teknik budidaya serta peningkatan kualitas hasil pertanian.
Dalam jangka panjang, kebijakan swasembada ini juga diharapkan dapat menciptakan ketahanan pangan yang lebih kuat menghadapi berbagai tantangan global, termasuk perubahan iklim dan fluktuasi harga pangan dunia. Dengan terus meningkatkan efisiensi produksi dan memperkuat ketahanan sektor pertanian, Indonesia berada dalam jalur yang tepat untuk menjadi negara mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya sendiri.
Presiden Prabowo Subianto terus menegaskan komitmennya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam penyediaan pangan dan air. Melalui kebijakan yang terarah dan dukungan lintas sektor, optimisme terhadap keberhasilan swasembada semakin kuat. Dengan sinergi yang terus diperkuat antara pemerintah, petani, dan sektor swasta, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi kesejahteraan rakyat.
)* Penulis adalah pengamat pertanian