Di Jepang, Memasak dengan Air dari Pemandian Air Panas

Baca Juga

MATA INDONESIA, TOKYO – Bak mandi dari bebatuan alam Tsuboyu terkenal sebagai satu-satunya pemandian air panas (onsen) yang terletak di situs warisan dunia. Namun, sejak lama menjadi tempat populer bagi warga lokal untuk memasak. Kok bisa, ya?

Di antara lebih dari 3.000 tempat pemandian air panas atau onsen di seluruh Jepang, ada satu namanya Yunomine. Tempat ini sudah ada sejak 1.800 tahun lalu. Malah pemandian ini yang tertua di Jepang.

Penghormatan telaga ini karena merupakan  bagian tak terpisahkan dari rute perjalanan sakral Kumano Kodo. Rute Ziarah Kumano Kodo adalah salah satu dari jalur kerohanian pertama di dunia. Para peziarah menyusuri jalan berkelok pegunungan Semenanjung Kii di Honshu, area yang membentang di prefektur Wakayama, Nara, Osaka, dan Mie, dalam pencarian mereka akan pencerahan selama lebih dari satu milenium.

Selama berabad-abad, para pengembara yang menyusuri jalan berusia 1.000 tahun itu selalu mampir untuk membersihkan diri usai perjalanan panjang mereka.

Adalah Shinya Hayasaka, seorang dokter medis dan profesor di Tokyo City University yang mempelajari manfaat kesehatan dari mandi atau berendam di pemandian air panas alami atau onsen selama lebih dari dua dekade.

Bagi orang Jepang, air panas bisa menghaluskan kulit, menyembuhkan berbagai penyakit serta membakar lemak. Namun tahukah kalian jika ada warga di suatu desa yang melakukan aktifitas memasak di pemandian air panas?

Warga desa Yunomine salah satunya. Warga ini memasak makanan mereka dengan air dari pemandian air panas selama beberapa generasi. Beberapa meter dari hilir Tsuboyu, warga lokal mengubah kolam kedua yang alirannya berasal dri Sungai Yunotani, menjadi semacam dapur umum.

Memasak menggunakan air bersuhu 90 derajat celsius dari telaga itu sudah berlangsung sejak zaman Edo (1603-1868). Air onsen membuat semua makanan terasa lebih lembut dan memasak di air panas telaga menghilangkan rasa pahit pada sayuran.

Saat ini, warga lokal makin jarang memasak di telaga ini karena air panas dari telaga langsung mengalir lewat pipa ke rumah-rumah. Supaya tak hilang tradisinya, tetap saja warga desa datang ke telaga ini untuk  memasak takenoko (tunas bambu). Menurut warga setempat, memasak dengan air onsen tidak secara radikal mengubah rasa makanan. Tapi membuat rasanya jadi lebih lembut. Tidak seperti air keran biasa, air panas telaga juga berkhasiat menjaga keempukan daging, walau memasaknya dalam waktu lama.

Telaga air panas dimanfaatkan oleh penghuni desa untuk menjadi sarana memasak sehingga menyebabkan terbentuknya sebuah citarasa baru dengan sentuhan mata air panas.

Orisinalitas budaya serta hidangan otentik khas pemandian air panas atau onsen telah membuat nama Desa Yunomine menjadi populer hingga ke seluruh penjuru dunia.

Reporter: Fadila Aliah Hakim

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peningkatan Infrastruktur di Bali Bukti Komitmen Indonesia Siap Selenggarakan WWF 2024

World Water Forum Ke-10 di Bali pada 18-24 Mei 2024 diharapkan akan menghasilkan berbagai solusi masalah air termasuk sanitasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini